Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terungkap, Turunnya Elektabilitas Anies karena Jokowi

22 Juni 2020   14:59 Diperbarui: 22 Juni 2020   17:08 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BICARA Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memang tidak akan pernah ada habisnya. Selalu saja ada cerita yang bisa diulik dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Hal itu tentu saja tak lepas dari popularitasnya yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Betapa tidak, ada beberapa variabel yang menjadikan Anies terkenal hampir di semua kalangan.

1. Sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Sebagai pimpinan daerah di etalase negara, terang saja setiap pergerakan dan kebijakannya hampir selalu menjadi sorotan media. Baik itu kebijakan populis maupun non populis. Yang pasti, kapasitas Anies sebagai gubernur tak jauh berbeda dengan presiden dilihat dari sisi publikasi.

2. Politik asal beda

Bukan rahasia umum, sebagai gubernur, kerap kali Anies menerbitkan kebijakan yang asal beda dengan pemerintah pusat. Contoh terbaru, pemerintah menerbitkan aturan new normal dalam menangani pandemi covid-19. Namun Anies lebih memilih Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. Padahal, praktiknya kurang lebih sama saja dengan new normal.

Hal ini memantik perbincangan hangat di kalangan publik, baik sipil maupun media sosial termasuk awak media.

3. gemar bicara depan kamera

Boleh jadi ini agak berlebihan, namun faktanya memang Anies Baswedan sering sekali memanfaatkan media massa khususnya media televisi.

Bahkan, selama masa pandemi covid-19 sudah tak terhitung banyaknya dia menggelar konfrensi pers untuk melaporkan setiap detil aktifitas dirinya dan perkembangan terakhir dari pagebluk tersebut.

4. Kerap berseteru dengan Menteri Jokowi

Tentang adanya silang pendapat atau persereruan Anies Baswedan dengan para menterinya Presiden Jokowi boleh dibilang tidak aneh lagi.

Terakhir Anies berseteru dengan ketiga menteri Jokowi terkait penanganan pandemi covid-19, khususnya tentang bantuan sosial (Bansos) bagi masyarakat terdampak.

Ketiga menteri dimaksud adalah, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.

Sebelumnya, Anies juga pernah berseteru dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( PUPR ), Basuki Hadjimuljono, saat terjadinya banjir pada awala tahun baru 2020 lalu.

5. Masalah Jakarta

Sebelum pandemi covid-19 melanda tanah air, Anies Baswedan telah benar-benar menjadi media darling. Hampir setiap hari namanya menghiasi media massa. Baik itu, televisi, media online, surat kabar maupun media sosial.

Hal itu karena banyaknya masalah yang terjadi di ibu kota negara. Mulai dari revitalisasi monas, rencana balapan Formula E, bongkar pasang atap Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) dan tentu saja masalah akut Jakarta, yaitu banjir.

Itulah lima variabel yang membuat popularitas Anies Baswedan terdongkrak kuat. Karena seluruh variabel tersebut di atas benar-benar mampu menyedot perhatian publik dan menjadi bahan berita "sexy" bagi para pewarta.

Sayang akhir-akhir ini, popularitas mantan rektor Universitas Paramadhina ini tidak berbanding lurus dengan elektabilitas dia.

Setidaknya hal tersebut dibuktikan dengan terbitnya hasil survey Indikator Politik Indonesia (IPI).

Menurut hasil survey IPI pada bulan Mei 2020, elektabilitas Anies menunjukan grafik menurun. Dari pada bulan Februari 2020 sekitar 21,1 persen menjadi 10,4 persen di bulan Mei.

Faktor Jokowi

Tentu saja menurunnya elektabilitas Anies ini bukan tanpa sebab. Alias ada faktor X yang mempengaruhinya. Nah, faktor X ini sekarang terungkap. Menurut Direktur Eksekutive IPI, Burhanudin Muhtadi, turunnya elektabilitas Anies karena Jokowi.

Tapi, jangan salah paham dulu. Maksudnya Jokowi di sini bukan lantaran faktor dirinya secara personal. Seperti pesanan atau pengaruh yang bisa menurunkan elektabilitas Anies. Tapi lebih disebabkan oleh partisan Jokowi pada Pilpres 2019 yang kurang menyukai Anies.

"Orang memilih bukan karena semata kinerja. Ada faktor lain, misal pilihan di 2019," kata Burhanuddin dalam webinar di Cokro TV yang disiarkan melalui Youtube, Ahad 21 Juni 2020. Dikutip dari Tempo.co

"Kenapa pendukung Pak Jokowi kurang tertarik dukung Mas Anies? Ini jawabannya partisan." Ujar Burhan.

Masih dikutip dari Tempo.co, lanjut Burhan, tak dipungkiri bahwa popularitas Anies tinggi. Tapi justru karena itu, meski pun kebijakannya banyak disorot media, hal itu tidak banyak berpengaruh.

"Di survei bulan Februari, Mas Anies dikenal. Artinya kalau sering tampil di media itu tidak terlalu banyak gunanya. Jadi kalau sudah dikenal lebih dari 90 persen, ruang menaikkan elektoral bukan dari popularitas. Tapi dari kinerja, tingkat kesukaan, dan seterusnya," ujarnya.

Burhanuddin mengatakan tingkat kesukaan kepada Anies, menurut surveinya di bulan Februari lebih rendah dibanding rata-rata kepala daerah. Anies berada di angka 60 persen, sementara kepala daerah lain tingkatnya tidak ada yang di bawah 80 persen.

Tingkat kesukaan ini, menurutnya sulit diubah. Tidak seperti popularitas. Karena akan lebih sulit membuat orang berubah pandangan dari tidak suka menjadi suka, ketimbang dari tidak kenal menjadi kenal.

"Padahal menurut voting behaviour akan jauh lebih mudah meningkatkan elektabilitas dari sisi popularitas ketimbang dari sisi peningkatan kesukaan," tuturnya.

Sepakat dengan Burhanudin, bahwa untuk meningkatkan rating popularitas memang lebih mudah. Cukup sering-sering di media televisi atau promosi diri lewat media mainstream lainnya pun bisa dilakukan.

Sedangkan masalah kinerja, tentunya akan diukur dari penilaian masyarakat. Karena ini menyangkut apa yang bisa dirasakan atau tidaknya kinerja pimpinan daerah oleh warganya tersebut.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun