Kenapa Liverpool?
Sedangkan alasan menyukai Liverpool sebenarnya berawal kegemaran penulis waktu SD membaca surat kabar mingguan khusus sepak bola.
Dalam surat kabar tersebut, penulis pernah membaca tentang histori atau sejarah kegemilangan tim asal kota pelabuhan ini di tahun 70 an hingga 80-an, sebelum akhirnya diambil alih oleh keperkasaan Manchester United saat di tukangi oleh Sir Alex Perguson.
Dari sana mulai tertarik dengan klub sepak bola satu ini. Sayang, selama menekadkan diri jadi penggemar The Reds julukan liverpool. Penulis tak pernah sekalipun menyaksikan Liverpool juara gelar juara liga primer.
Meski begitu, penulis tak kecewa. Toh, mereka menjuarai kompetisi yang lebih tinggi, yakni Liga Champion.
Gelar Liga Champion pertama yang pernah penulis saksikan langsung lewat layar kaca adalah pada musim 2004/2005 saat melawan klub raksasa asal Italia, AC Milan.
Kala itu benar-benar pertandingan yang sangat dramatis, dimana The Reds harus ketinggalan lebih dulu dengan tiga gol tanpa balas, lewat sepasang gol Herman Crespo dan satu gol dari bek legendaris Milan, Paolo Maldini.
Namun keajaiban Istambul terjadi. Keunggulan tiga gol Milan mampu disamakan oleh The Reds, lewat gol sang kapten kesebelasan, Steven Gerard, kemudian disusul Vladimir Smicer dan Xabi Alonso.
Kedudukan sama kuat ini bertahan hingga babak tambahan waktu usai. Pertandingan pun harus dilanjutkan lewat babak adu penalti.
Mental pemain Milan yang sudah rontok berhasil dimanfaatkan The Reds, hingga babak tos-tosan ini dimenangkan pasukan Rafael Benitez itu.
Musim 2017/2018 The Reds kembali mampu masuk final. Sayang dalam final kali ini harus bisa mengakui lawannya Real Madrid.