Padahal 32 dari 50 negara bagian atau 75% warga Amerika telah  mengisolasikan dirinya di rumah. Atau dengan kata lain, banyak waktu yang dapat dihabiskan bersama pasangan di rumah.
Alasan paling utama adalah dengan munculnya virus corona membuat masyarakat secara global ketakutan dan panik. Kepanikan inilah yang membuat mood atau gairah seksual dari setiap pasangan khususnya wanita menurun.
Elizabeth, salah satu koresponden yang diwawancarai Jessica menjelaskan, dengan adanya corona dirinya bersama pasangan memiliki waktu yang cukup lama untuk saling berbagi, entah untuk minum secangkir kopi atau pun mengobrol hal-hal yang tak penting lainnya.
Kendati begitu, untuk urusan ranjang, Elizabeth bersama pasangan justru merasa sangat terganggu dan tidak terpuaskan. Bukan karena alasan penularan virus, melainkan karena gairah yang menurun.
Panik dan Penurunan Gairah Seks
Hubungan kepanikan dengan aktivitas seksual sendiri sebelumnya juga pernah diteliti oleh Shujuan Liu, dkk yang dipublish dalam International Journal of Obsterics & Gyneacology. Pada penelitian tersebut, Shujuan melihat korelasi aktivitas seksual wanita di Wenchuan, Cina pasca gempa bumi tahun 2008.
Ternyata dalam penelitian tersebut ditemukan adanya penurunan kepuasan seks yang nyata dalam aktivitas seksual mereka. Sebelum gempa terjadi, dari 170 responden wanita, 55% puas akan aktivitas seksual mereka. Namun pasca gempa, menurun menjadi 21%.
Tak hanya itu, hubungan ranjang pun berkurang pasca gempa. Bila sebelumnya, 170 wanita menyatakan sekali seminggu, pasca gempa 89% menyebutkan mereka tidak berhubungan seks sama sekali seminggu setelah gempa.
Bahkan ada 32% wanita setelah sebulan gempa berakhir, disurvey menyebutkan belum melakukan aktivitas seksual sama sekali.
Alasan yang dilontarkan oleh mereka pun sama, musibah yang terjadi membuat mereka panik hingga trauma. Kepanikan inilah yang berpengaruh negatif terhadap aktivitas seksual mereka.