Menurut Amy, dalam 10 penerbangan transkontinental yang berdurasi 3,5 hingga 5 jam yang diteliti, penumpang pesawat tidaklah pasif dengan hanya duduk sepanjang perjalanan. Terkadang penumpang akan beranjak ke toilet pesawat.
Secara keseluruhan, 38 persen penumpang beranjak dari kursinya sekali dan 24 persen beranjak lebih dari sekali dalam sebuah penerbangan. Jika orang telah terinfeksi virus berjalan ke toilet, misalnya, maka ia dapat menyebarkan virus tersebut ke orang-orang yang dilaluinya atau ketika mereka gantian ke toilet.
Lantaran penumpang pesawat aktif dalam perjalanan, maka umumnya penumpang yang duduk di sisi lorong pesawat dan di tengah, berinteraksi dengan 58 hingga 64 penumpang sepanjang perjalanan. Lihat gambar di dibawah ini!
Hal serupa juga ditulis Billy Qualty dalam simulasi yang dilakukan ECDC, 1 orang penderita covid-19 yang lolos dari pendeteksi thermal scanner mampu menyebarkan virus tersebut ke 16,7% penumpang selama perjalanan.
Celakanya masalah inkubasi dari virus corona sendiri sangat panjang atau 14 hari. Sehingga ketika penumpang turun dari pesawat dan diperiksa untuk kedua kalinya di bandara tujuan, otomatis tidak akan terdeteksi.
Walau penumpang diberikan formulir atau kartu kewaspadaan kesehatan bukan berarti penumpang yang telah terkena di dalam pesawat lantas terbebas dari covid-19.
Oleh karenanya yang dibutuhkan saat ini adalah bukan formulir atau kartu melainkan sistem pendeteksi yang akurat khususnya bagi penderita corona yang tanpa gejala corona sama sekali.
Bila teknologi ini belum dapat dihadirkan pemerintah, maka tugas kita hanyalah berdiam diri #dirumahaja dan menekan nafsu untuk mudik.
Toh tidak pulang kampung halaman pun, halamannya tidak akan berubah kan? Hahahaaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H