Kerusakan lainnya juga terjadi pada paru-paru dunia atau hutan. Data dari Badan dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total kebakaram hutan sepanjang Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare. Adapun kebakaran hutan dan lahan terbesar salah satunya berada di Provinsi Riau.
Tak hanya itu, secara global kebakaran hutan pun mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dari laporan global forest watch fires, tahun 2019 kurang lebih sekitar 4,5 juta titik api yang ditemukan. Dan tiap titik tersebut memiliki luas 1 km. Angka ini menurut GFW Fires lebih tinggi 400.000 kasus dibandingkan tahun 2018.
Sebetulnya masih banyak sekali kerusakan lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Banyaknya kawasan terbuka hijau yang akhirnya dialih fungsikan menjadi gedung perkantoran, mall dan apartament semakin mempercepat effect rumah kaca.
Kerusakan-kerusakan ini akan terus berlanjut tatkala populasi manusia di bumi terus bertambah.
Ditambahlagi, tiap manusia butuh ruang untuk hidup, bekerja, serta lahan yang subur untuk menanam sumber pangan. Manusia juga butuh air dan energi supaya tubuhnya tetap hangat, serta listrik untuk menerangi jalan di malam hari.
Untuk mencukupi kebutuhan manusia yang populasinya terus bertambah maka eksplotasi alam secara over pun akan dilakukan. Baik pembangunan rumah, pembukaan lahan tambang (batu bara, emas dll), hingga pembangunan pabrik (tekstil dll) pun gencar dilakukan. Implikasinya adalah lingkungan atau alam akan kehabisan sumber dayanya.
Oleh karenanya bernarlah sabda Thanos, semuanya harus diperbaiki. Salah satu cara yang paling radikal adalah dengan memutus sumber penyebab kehancuran yakni manusia. Dan Corona mungkin menjadi cara alam memperbaiki kerusakan yang telah terjadi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H