Mohon tunggu...
Semprianus Mantolas
Semprianus Mantolas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pecandu Kopi

Baru belajar melihat dunia, dan berusaha menyampaikannya melalui simbol (huruf)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarinahku

23 Desember 2019   10:36 Diperbarui: 23 Desember 2019   10:36 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: krjogja.com

Ada banyak sekali "keanehan" yang kerap dirinya lakukan. Menaruh kepentingan anak-anaknya diatas segala-galanya. Bahkan kata ajaib yang selalu kudengar dari mulutnya, "Saya rela menderita, asalkan anak-anak bahagia". Aneh memang, namun itu yang dia lakukan.

Masih segar di kepala ketika ia harus menahan air mata dan merelakan anaknya pergi ke tanah orang. Bahkan bertindak melebihi petugas keamanan, karena cemas kalau saja anaknya terluka di sana.

Tak terhitung berapa banyak sudah ia ke tempat berlambang timbangan. Cincin dan kalung yang seharusnya terpasang indah di tubuhnya, harus ia relakan diambil orang. Itu ia lakukan agar anak-anaknya tak mengemis meminta-minta makan di rantauan.

Bahkan ketika anaknya kembali pun, cinta kasihnya masih seperti dahulu. Rambut yang kian memutih dan kulit yang mulai menua tak jadi alasan baginya untuk mengakhiri kasih sayangnya kepada anak-anaknya.

Mama, mungkin kadang aku tak menyukaimu. Kita mungkin pernah berargumen dan kadang bertengkar. Tapi ada satu hal yang harus Mama tahu, cinta dan kasih sayang yang mama suapi sejak kecil kini telah menyatu dalam setiap aliran darah ini. Aku akan mencintaimu selalu dan selamanya.

Hey kawan, Aku memang tak punya kisah cinta seperti Cleopatra, setangguh Romeo dan Juliet atau setia seperti Sisuka dan Nobita, tapi aku punya cinta dari seorang tua yang ku panggil Mama dan disitu surga bersemayam di kakinya.

Terimakasih untuk semuanya Mama. Satu kata untukmu istimewa. Dua kata, tahan banting. Tiga kata wanita yang tangguh. Empat kata, rela berkorban demi anak-anak. Lima kata, Sarinah yang bergelimpangan cinta kasih.

Terimakasih Mama

Terimakasih Sarinahku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun