Mohon tunggu...
Semprianus Mantolas
Semprianus Mantolas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pecandu Kopi

Baru belajar melihat dunia, dan berusaha menyampaikannya melalui simbol (huruf)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Tan Malaka dalam Semangat Muda

30 Maret 2017   22:13 Diperbarui: 30 Maret 2017   22:48 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang mengatakan bahwa, Sekarang otonomi daerah sehingga pemerintah daerah yang menentukan siapa yang akan mengelola itu, yang kemudian disahkan oleh perda. Bagi saya ini adalah suatu kesalahan berpikir, secara hukum undang-undang negara Indonesia mengandung asas Lex Superior legi inferiori. Asas ini mengatakan bahwa hukum yang tinggi tingkatannya didahulukan keberlakuannya dari pada hukum yang lebih rendah.  Ditinjau dari asas ini maka seyogyanya perda tak artinya jika dibandingkan dengan UUD 45.

Celakanya, Indonesia juga menganut asas Lex Specialis derogat legi generali. Dimana asas ini menjelaskan bahwa jika ada undang-undang yang khusus (spesialis) maka undang-undang yang umum akan dikesampingkan. Asas inilah yang selalu dipergunakan oleh para korporasi dalam melegitkan semangat kapitalisme di Indonesia. Parahnya lagi, pemerintah kita entah menutup mata atau berpura-pura mengiayakan apa yang selalu dikatakan oleh korporasi.  Itulah mengapa freeport, serta SDA kita lainnya selalu dieksploitasi oleh korporasi asing.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan. Kembali kepada perkataan Tan Malaka bahwa “Senjata kita, kaum buruh dan tani adalah dengan melakukan agitasi, mogok dan demonstrasi”.

Itulah alat kita dalam melawan korporasi dan pemerintah yang semena-menanya menghisap rakyat. Saya salut dengan semangat masyrakat kendeng yang terus berupaya melancarkan aksi masa dalam merebut apa yang telah direbut dari mereka.

Kapitalisme dan imperialisme hanya akan menggorogoti kita dan terus menghisap kita hingga kita hingga habis sumber daya kita. Jangan bertindak sendirian, aksi dan keberanian individual hanya akan membuat kita sangat sedikit harganya. Oleh karenanya rapatkan terus barisan, bila ada yang menghisap kita lancarkan aksi secara masa. Karena mogok, demonstrasi dan agitasi adalah perkakas kita dalam melawan korporasi.

Referensi Penulis diambil dari buku karangan Tan Malaka dengan Judul Semangat Muda (1926)

[1] Dibalik Gelar Pahlawan Nasional Dua Tokoh Komunis.

[2] http://sociology.yale.edu/people/immanuel-wallerstein

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun