Mohon tunggu...
Samiun Achmad
Samiun Achmad Mohon Tunggu... karyawan Bumiputera Life Insurance -

Lahir di Enrekang, 9 Pebruari 1969 ,saat ini bekerja sebagai profesional Asuransi Jiwa dan Kesehatan Menulis itu dapat menajamkan pikiran dan akal,tetapi membaca akan membawa pada perenungan,kerendahan hati dan cinta kasih

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasihanilah Jokowi Jangan Paksa Dia Jadi Presiden!

16 Juni 2014   22:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:28 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Rahasia lagi Jokowi ini masih Gubernur DKI mengambil Cuti untuk ikut Pemilihan Presiden karena disuruh sama Megawati ketua PDIP , dan karena Jokowi adalah Petugas Partai maka dia siap menjalankan amanah itu.

Jokowi Lupa atau pura pura Lupa dia adalah Gubernur DKI yang telah dilantik menjadi Gubernur karena jasa jasa baik Megawati dan Prabowo yang memasangkan keduanya ( Jokowi AHok )  untuk mengatasi masalah JAKARTA. Keikutsertaan Jokowi dalam Pilpres ini tidak lain karena Megawati tidak punya pilihan lain karena desakan orang orang PDIP yang sudah kebelet berkuasa dan terus mendesak Megawati agar Jokowidodo dijadikan Capres... mengapa...?

Karena mereka percaya yang bisa membendung Prabowo Subianto hanyalah Jokowidodo, maka diangkatlah berita terus menerus dan di push seolah olah Jokowidodo itu adalah setengah Dewa yang bisa mengatasi masalah Jakarta bersama Ahok, kemana mana Blusukan dimuat di media bahkan sudah melewati nalar nalar kemanusiaan, Jokowi tidak dimuat di media tinggal kalau sudah masuk Kelambu bersama isterinya.

Selanjutnya kita lihat apa yang terjadi , begitu dia dicapreskan oleh Megawati untuk mengangkat suara PDIP oleh para pengikutnya yang mau membonceng kekuasaan maka jelaslah terlihat tidak bisa begitu saja Orang tersihir oleh Pesona Jokowidodo. maka jatuhlah dimulai pamor Jokowidodo dari katanya 68 % suka dia menjadi hanya 19 % sesuai hasil Pileg sat itu.

Salah satu dari orang  yang tidak percaya itu adalah saya Blogger Kompasiana , saya percaya secara bathin bahwa ada kekuatan yang kurang baik dibelakang Jokowidodo yang mau memanfaatkannya setelah dia menjadi Presiden. dan Jokowi terlena dan terbuai dengan dirinya sendiri.. Dia sudah mulai lupa dia adalah orang yang DIKARBIT ( sama seperti pisang yang dipaksa masak dan diberi karbit )

karbitan ini  secara halus dibungkus oleh media seperti Tempo,Kompas,Detik,juga ada Berita Satu TV ada juga Jak TV ada juga Tribun timur dan belakangan Fajar harian  semuanya tlah membuat Jokowi terbang diatas awan...! masalah kemudian dia merapat kebumi sejak deklarasi pasangan dengan JK dan lawannya dalah Prabowo Subianto Hatta Rajasa.

Adalah ARB ketua Golkar yang paling  penomenal  dia tidak jadi cawapres   padahal partainya nomor dua dalam perolehan suara , hal itu tentu saja menyentak banyak orang bagaimana bisa Prabowo bersama ARB bahkan sekarang ada PKS,PAN dan PPP bersama Bulan Bintang.

Melihat dari Koalisi ini dapat dikatakan mereka Koalisi Merah Putih Prabowo Hatta jelas lebih ikhlas, Hatta sudah mundur dari jabatan sesaat sebelum resmi ditunjuk sebagai cawapres oleh Prabowo,Mahfud MD ditunjuk ketua team Kampanye Pemenangan Prabowo dan ada juga Rhoma Irama yang cawe cawe dengan sonetanya membantu sang Letjend. Prabowo jelas semuanya tanpa ada janji jabatan tertentu.

Bagaimana mengukur keikhlasan Jokowi, dia baru dua kali ke papua sudah merasa paling ikhlas terhadap orang papua padahal bertahun tahun lamanya pak Prabowo menjadi orang tua angkat 8.000 orang anak anak  papua tidak pernah di publikasikan oleh media.

Bahkan menurut penelitian dan angka angka kemiskinan di Solo yang penduduknya 600ribuan angka kemiskinan di solo tidak beranjak berkurang sejak 7 tahun Jokowidodo memerintah disana.

Memang...! karena akar masalah bangsa saat ini yang paling besar adalah KORUPSI dan PEMBOROSAN a APBN juga Cicilan Hutang dan Bunga Yang mencekik.

Jumlah Pegawai Negeri yang begitu banyak dan  tentu saja jiwa kewirauhasaan yang belum merata disemua tingkatan dan tempat.

dan yang paling banyak  masalahnya adalah rendahnya mutu SDM dan akses terhadap Perbankan bagi kalangan tidak mampu yang populasinya  justru lebih tinggi di Indonesia.

Jokowi mestinya saat menerima tugas dari Megawati menolak tawaran tersebut dan tidak terperdaya oleh  Hantu Survey yang mengangkatnya sampai batas batas yang sudah tidak bisa diterima akal sehat.

Sekarang masa Bulan madu Jokowi dengan media sudah usai, Media sudah terbelah antara Prabowo dengan Jokowi.

Adalah Tempo,Berita satu TV ,Detik,Kompas,Metro TV ,Tribun timur,Fajar harian dan  ganknya masih terus coba mendewakan Jokowi tetapi masalah baru muncul ada facebook,Twitter, yang independen lebih menyukai Prabowo sampai hari ini.

lalu ada  TV ONe,RCTI,MNC TV, Sindo ,viva news yang kelihatan lebih ke Prabowo , akhirnya sekarang pemberitaan menjadi berimbang dan adil maka jadilah sekarang perang terbuka  yang dilakukan oleh media.

Di Media sosial Berseliweran soal begitu banyak hal tentang ketidaksempurnaan Jokowi dan Prabowo tetapi setelah ditelisik lebih jauh dan awas ternyata  borok borok Jokowi lebih tidak bisa di terima dan terbukti, adapun soal prabowo yang kencang soal HAM masalah tersebut  justru  menguntungkan Prabowo karena dianggap sebagai orang yang teraniaya oleh media Gank Jokowi.masalahnya adalah dulu Megawati pasangan Prabowo dan orang orang tidak mempersolakan HAM Prabowo lalu kenapa sekarang dipersoalkan..!?

masalah utamanya adalah masyarakat sudah mulai bosan dengan teori pembusukan dan mulai melihat aslinya figur yang bersangkutan disetiap tindakan,bicara dan gagasan serta visisnya dan keikhlasannya.

pada tataran ini Keikhlasan Prabowo menjadi lebih POPULER dengan sebutan Gusdur paling Ikhlas, sebutan testimoni berbagai tokoh soal bagaimana dia dengan tetangganya , dengan orang orang, dan karena jaringan FB menjalar dengan mudah dan cepat ke mana mana  , maka jadilah sekarang perang status di FB.

Perang status di FB inilah yang sudah dimenangkan oleh Prabowo , karena statusnya kebanyakan adalah testimoni yang disalin berantai oleh para pendukung dan simpatisan  lebih rapi cantik dan alamiah.

Kampanye Positif ini menjadikan Prabowo lebih natur,orisinal karena dia mengatakan apa yang akan dia kerjakan. tidak ada iklan prabowo yang pencitraan seperti Jokowi.

Jokowi terus menerus dihantam issue boneka, pencitraan yg sedikit demi sedikit terkuak tentang makan bareng yang sengaja di syuting, naik bajaj yang di rekasaya, ke sawah haaya sekedar syuting ..semua itu menunjukkan Jokowi sudah tidak orisinal lagi, apalagi sejak dia pakai Tuxedo di debat Aura sederhana yang dia gambarkan dulu hilang sirna dengan sendirinya.

Dia menyatakan ( Jokowi JK adalah KITA ) tetapi dia pakai jas,pakai dasi dan lengkap sepatunya jelas saja bukanlagi Jokowi yang asli pakai kotak kotak dan kemana mana blusukan..?

sekarang blusukan juga dari hasilnya dicecar orang ada korupsi Trans Jakarta yang dia tidak ketahui padahal dialah Gurunya Blusukan..?! lalu kemana saja Blusukannya sampai Transjakarta jebol Trilyunan dia merasa tidak tahu..., belon lagi sayup sayup terdengar biaya blusukan Jokowi 6 milyard sebulan  selama dua tahun ini, dan yang paling panas adalah adanya mahar JK 10 Trilyun  sampai sampai tokoh PDIP  yang marah pak Sabam lari karena ngak kuat melihat transaksi  Merakyat itu...?

Seperti juga tulisan saya sebelumnya Jokowi terus akan menurun Elektabilitasnya sampai hari pemilihan karena masyarakat Indonesia   sudah mulai menyadari Jokowi tidak hebat hebat amat setelah melihatnya di TV head to head bersama Prabowo Subianto.

Keikhlasan Jokowi dipertanyakan ketika dia mendesak Prabowo " bahwa ide 1 milyard itu bukan dari dia Prabowo" lalu Prabowo Menukas dengan tulus..... ya Pak   Jokowi saya tak mempersoalkan itu ide dari saya atau dari Undang Undang tapi yang penting uangnya sampai ke Desa 1 Milyard.

Jokowi lupa pernyataan pembukaan Prabowo bahwa ada 7 tahun lamanya hal itu diperjuangkan sampai akhirnya muncul Undang Undang Desa  pada akhirnya , namun  Jokowi hanya coba menyudutkan Prabowo dalam hal ini sama ketika dia bertanya soal TPID (team Pengendali Inflasi daerah ) suatu singkatan yang tidak familiar demikian juag dengan DAK dan DAU yang pada umumnya masayarakat luas juga akan bingung jika di tanya hal itu .

Keluguan dan keikhlasan Prabowo justru muncul dengan mengatakan serahkan saja sama kepala daerahnya kalau soal penguatan institusi TPID dan kalau soal DAU dan DAK mestinya bisa lebih banyak lagi sehingga bisa menggerakkan roda pembangunan ,

dengan catatan jelas sumbernya dari menutup kebocoran minimal 1.000 Trilyun dari Kekayaan alam yang tidak dibayar Royaltinya ( tambang tambang ) yang sebagian besar dikuasai oleh pihak Asing dan juga  adanya kutipan pernyataan Abraham Samad ketua KPK adanya kebocoran potensial 7.200 Trilyun yang bisa menciptakan  penghasilan 20an juta rupiah sebulan bagis etiap penduduk di Indonesia saat ini.

Soal Utang luar Negeri dan Defisit perdangangan juga tidak bisa dijawab dgn baik oleh Jokowi bahkan cenderung dia menjawabnya lain..! padahal seorang Calon Presiden mestinya tahu  Utang Luar Negeri itu mestinya bisa di handle dengan berbagai cara, termasuk minta keringanan bunga atau penghapusan Utang bisa juga re skedule jika perlu penghentian pembayaran bunga sementara untuk dipakai membangun. dan dia mesti tahu juga sekarang bunganya bisa sampai 13 Trilyun sebulan atau 156 Trilyun sebulan.

Jika Presiden baru bisa menunda pembayaran bunga utang saja selama 5 tahun maka kita bisa membangun jalan TOL 780 macam bentangan dengan panjang bentangan 180 KM per bentangan atau sama dengan  140.400 kilometer selama lima tahun  seharga  780 Trilyun jika satu Trillyun satu buah jalan TOL.

Indonesia punya  alasan seperti sebagai paru paru Bumi,penghasil minyak goreng  yang banyak dan juga penghasil Ikan  yang banyak juga adanya hasil batu bara yang melimpah dan sekarang kebanayak justru di expor ( dikirim keluar , termasuk  Gas yang dijual murah ke China selama ini ).

Jadi Sekali lagi jangan paksa Jokowi jadi Presiden,biarlah dia cuti saja dulu nanti balik lagi jadi Gubernur itu jauh lebih bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun