Pasalnya ibu sudah tua yang sudah tidak kuasa lagi untuk kuat jalan kaki jarak jauh oleh karena itu jika nyadran kini menggunakan motor.
Di Tanya Saudara Kapan Nikah
Tiba saatnya untuk nyadran kerumah saudara dari saudara Bapak tertua yang masih satu kampung.
Ada yang spesifik Saya berharap semoga menjadi doa karena insya Allah doa orang tua setelah berpuasa Ramadhan di kabul Allah Swt.
Pagi sekitar jam 09.00 WIB, setelah nyadran selesai ke tetangga, Saya berangkat dari rumah bersama keluarga untuk nyadran dan tentu lebih cepat karena memakai motor tidak jalan kaki lagi seperti dulu.
Seperti biasa usai bersalaman dan saling meminta maaf dengan saudara terlihat suasana baru yang haru bercampur bahagia karena saling bercerita yang masuk dalam kategori topik obrolan lebaran.
Adalah Suhesti saudara dari adik Bapak Saya yang sudah berumah tangga dikaruniani satu anak yang sudah Bujang (ABG) yang juga sedang menempuh pendidikan dipondok pesantren Banyumas.
Ternyata sesuai dengan filing Saya seperti tahun lalu yang dari rumah sudah mengatakan bakalan diberondong pertanyaan tentang status hubungan Saya yang jomblo.
"Koen sih mbojone kapan kang" ujar Hesti. (Kamu kapan sih kang punya istrinya) "Kapan-kapan" jawab Saya singkat karena belum dapat.
"Ganing kapan-kapan sih, seg-seg oh luruh endah ana sing batiri ari bada" (kok kapan-kapan sih, cepetan dong cari biar ada temannya jika lebaran) sambung Hesti.
Bahkan yang menyanyakan hal tersebut tidak cuma Hesti. Pakde, Bude, Paman dan Bibi pun menyanyakan hal yang sama.
Sampai mengatakan begini, mumpung masih ada semua ingin menyaksikan kamu nikah karena sudah pada tua dan umur tidak ada yang tahu kata saudara Saya.