Konvoi mobil mewah di jalan tol mengingatkan Saya pada beberapa tahun lalu saat merantau di Jakarta tentang pengalaman jadi supir.
Polisi lalu lintas (Polantas) yang Saya kenal selalu siap siaga dalam kondisi dan hal situasi apapun.
Polisi lalu lintas khususnya dijalan tol yang Saya kenal tidak mengenal kompromi dengan dalih dan alasan apapun dan ini sering terjadi bahkan banyak yang mengalami kena tilang.
Sejak tahun 2000 melanglang buana mencari sesuap nasi di ibu kota hampir segala profesi Saya jalani.
Kerja dari pagi hingga sore pun menjadi pengalaman pribadi khususnya dalam distribusi barang menggunakan mobil ekspedisi dari kota ke kota wilayah Jabodetabek.
Keluar masuk jalan tol dari mulai tol Jor Jakarta lingkar dalam lingkar luar sampai tol Cipali sering Saya alami bersama satu teman lainnya.
Sedikitnya pengalaman Saya menjadi raja jalanan (kata para supir) yang senior sudah 3 kali.Â
Termasuk soal dipalak banjing loncat, tukang ngamen, dipalak polisi preman dan ditilang sudah menjadi hal biasa bagi Saya kala itu.
Pertama menjadi supir mobil box grand max distribusi barang di PT Astra Honda Motor (AHM) di Sunter Jakarta Utara hingga 3 tahun. Tugasnya bikin surat jalan, purchase order dan distribusi barang spart part dari PT AHM satu ke PT AHM yang lainnya. Termasuk di Klapa gading, Pulogadung dan Cikarang.
Kedua pindah profesi lagi yang masih tetap sama menjadi supir keluar masuk jalan bebas hambatan yaitu diperusahaan ekspedisi luar kota juga sama mengambil barang dari PT satu diantar ke PT lainnya selama lebih dari 2 tahun dengan truck hino ukuran sedang.
Terakhir yang paling lama menjadi supir truck bak terbuka yang pernah Saya bilang bekerja di perusaahan milik orang China yang setiap tahun memberikan angpao juga distribusi barang yang masih wilayah Jakarta.Â
Tugasnya mengirim barang pelat bahan ke Tangerang untuk di bikin aneka baut, mur atau sekrup (pabrik sekrup) dengan berbagai ukuran baik tebal atau tipis.
Sering kena tilang oleh polisi dengan alasan muatan banyak, salah jalur dan tidak mengenakan sabuk pengaman ketika berada ditol. Padahal ujung-ujungnya duit juga.
Inilah yang Saya sebut polisi jalan tol atau PJR itu siap, siaga dan sigap. Sekalipun saat masuk tol tidak kelihatan dimana polisinya. Namun ketika sudah berada ditol tiba-tiba menghadang didepan mobil dengan senn kiri sebagai tanda untuk berhenti, peluit polisi pun berbunyi.
"Pripiiiiiiit.. berhenti..! "Anda kami tilang, tunjukan surat-suratnya SIM, STNK dan KTP.." ujar polisi.
Saya pun menunjukan semua suratnya secara lengkap, terlihat dua polisi lainnya memerika bak belakang truck yang muat sekrap.
"Mau dikirim kemana" tanya polisi. Kepabrik pergudangan Tangerang pak, kata Saya. Yang punya sekrap siapa? Tanya polisi. "H Muksin pak" jawab Saya. "Ya sudah jalan, tapi uang rokoknya jangan lupa" kata polisi. "Ashiap pak, nih 50 ribu.
Melihat surat-surat lengkap polisi satunya pun bilang "jangan ditilang ini suratnya lengkap, ditegur saja agar lain kali kurangi muatannya".
Konvoi mobil mewah di tol endingnya cuma ditegur saja oleh Polisi dengan aksi damai yang seperti dulu saat Saya kena tilang.
Ya polisi juga manusia khan yang butuh makan minum gratis. Bahkan jika mau jujur bagi polisi guna aksi damainya tidak hanya kata maaf.
Sekalipun komplit suratnya, siapa pun bisa kena tilang alasanya ada saja. Entah itu, ban, spion dan mobil yang diperbaharui. Damai khan..?
Hanya 50 ribu doang waktu itu sudah mampu terbebas dari tilang walau ada surat. Itulah pengalaman Saya ditegur polisi di jalan tol.
Duh dipotong dah gajiannya oleh bos gegara pripit peluit 50 ribu. Haha..
Salam..
Samhudi Bhai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H