Tugasnya mengirim barang pelat bahan ke Tangerang untuk di bikin aneka baut, mur atau sekrup (pabrik sekrup) dengan berbagai ukuran baik tebal atau tipis.
Sering kena tilang oleh polisi dengan alasan muatan banyak, salah jalur dan tidak mengenakan sabuk pengaman ketika berada ditol. Padahal ujung-ujungnya duit juga.
Inilah yang Saya sebut polisi jalan tol atau PJR itu siap, siaga dan sigap. Sekalipun saat masuk tol tidak kelihatan dimana polisinya. Namun ketika sudah berada ditol tiba-tiba menghadang didepan mobil dengan senn kiri sebagai tanda untuk berhenti, peluit polisi pun berbunyi.
"Pripiiiiiiit.. berhenti..! "Anda kami tilang, tunjukan surat-suratnya SIM, STNK dan KTP.." ujar polisi.
Saya pun menunjukan semua suratnya secara lengkap, terlihat dua polisi lainnya memerika bak belakang truck yang muat sekrap.
"Mau dikirim kemana" tanya polisi. Kepabrik pergudangan Tangerang pak, kata Saya. Yang punya sekrap siapa? Tanya polisi. "H Muksin pak" jawab Saya. "Ya sudah jalan, tapi uang rokoknya jangan lupa" kata polisi. "Ashiap pak, nih 50 ribu.
Melihat surat-surat lengkap polisi satunya pun bilang "jangan ditilang ini suratnya lengkap, ditegur saja agar lain kali kurangi muatannya".
Konvoi mobil mewah di tol endingnya cuma ditegur saja oleh Polisi dengan aksi damai yang seperti dulu saat Saya kena tilang.
Ya polisi juga manusia khan yang butuh makan minum gratis. Bahkan jika mau jujur bagi polisi guna aksi damainya tidak hanya kata maaf.
Sekalipun komplit suratnya, siapa pun bisa kena tilang alasanya ada saja. Entah itu, ban, spion dan mobil yang diperbaharui. Damai khan..?
Hanya 50 ribu doang waktu itu sudah mampu terbebas dari tilang walau ada surat. Itulah pengalaman Saya ditegur polisi di jalan tol.