Pada beberapa hari yang lalu disuatu pagi yang mendung terlihat anak sekolah berseragam putih biru berangkat sekolah jam 06.30 WIB.
Secara kebetulan, rumah tempat tinggal Saya berada tepat menghadap jalan atau gang yang menuju ke sekolahan tersebut.
Sehingga setiap anak-anak berangkat sekolah selalu contras terlihat sekalipun dari ruang tamu sambil duduk nonton tv ditambah jendela kaca yang terbuka agar udara segar masuk ke ruangan.
Seketika teringat akan masa sekolah dimana dulu ketika Saya mau berangkat sekolah, saling samper-samperan antara teman satu ke teman lainnya hingga 10 anak dengan berangkat rombongan jalan kaki kesekolahan. Belum punya motor jaman sakmono.
Jika berhalangan misalnya tidak masuk sekolah atau tidak sekolah karena alasan bosen bawaannya sepertinya setiap hari masuk sekolah terus. Apa lagi kalao ada tugas ekstra kulikuler. Pasti ora tau mangkat, hanya saja bebas tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya.
Jika terpaksa tidak berangkat sekolah, Saya pun menulis surat ijin untuk gurunya yang disampaikan melalui temannya yang nyamperin.
Namun kadang kala sangkin badungnya jaman itu, dengan alasan lupa sang teman sengaja tak menyampaikannya. Sehingga ketika esok harinya berangkat sekolah, langsung ditegur oleh gurunya.
Apes, sudah ditegur diomelin diganjar dan di suruh push up selama 20 kali didepan ruang kelas.
Muka merah padam menahan malu karena kala itu kelas 3 MTs (Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP) Saya sudah cinta-cintaan monyet dengan cewe jaman iku.
Makanya digituan sama guru malu dan geram bercampur aduk menjadi satu. Lah wong cewenya duduk paling depan sambil cemberut tak ada masalah dengannya coba? Serba salahkan? Ini gara-gara temen nih.
Namun ya sudahlah, namanya juga masih bocil umur belasan tahun. Sering bolos, sering berantem, sering tawuran, sering musuhan. Pokoknya yang sering-sering gitu.
Akan tetapi sekalipun diam-diaman sesama teman karena jengkel surat tak disampaikan, pada akhirnya ya kembali rukun karena satu kelas.
Kini jika ketemu sesama teman kelas pasti selalu mengungkit semasa sekolah. Terkadang bikin terharu karena rindu masa sekolah dulu.
Oleh karena itu setiap tahun sekali pasti diadakan reuni guna melepas rindu saat dulu ketika masih satu bangku disekolah. Bahkan poto-potonya pun masih ada yang akan dikenang sepanjang masa.
Ketika awal baru reuni hanya diramaikan dengan anak-anak yang dibawanya dalam ruang kelas oleh teman kelas cewe. Terkadang tidak saling mengenal sebab tak pernah ketemu dan hidupnya berpencar
Teman ada yang diluar negeri, ada yang masih kuliah lagi, ada yang jadi guru, jadi bos. Sehingga saling lupa karena pangling mukanya, sekian lama baru jumpa itupun setahun sekali jika tidak ditanya gak kenal.
pengalaman sekolah Saya dulu ketika sekolah yang bawaannya males dan boring beud. Sekarang pun siswa merasakan hal yang sama karena terus menerus belajar daring saat pandemi sampai pegel hingga bosen. Makanya muncul keinginan sekolah tatap muka langsung dengan guru.
Kembali ke laptop. ItulahAkan tetapi ingin sekolah tatap muka saja, sekarang susahnya minta ampun. Terkadang berangkat terkadang tidak. Ini dari aturan sekolahnya bukan dari anaknya.
Kini pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali dibuka. Tepatnya ditahun ini di awal Januari 2022, ternyata cukup bagus masyarakat meresponnya khususnya dari para wali murid yang mendorongnya.
Selama dua tahun lebih sekolah secara daring, boros quota, jajan dan pulsa. Kini setelah masuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pun harus melalui syarat yaitu patuhi prokes karena memang pandemi jadi aturannya begitu.
Meskipun menuai kontroversi, namun tetap dibuka dan berjalan, hal ini karena pembelajaran tatap muka ini masih menjadi dilema hingga kini ada yang boleh ada yang tidak boleh.
Rumit dan pelik memang, pasalnya adanya PTM ini, hasil dari keputusan 4 kementerian di Pemerintahan diantaranya Kemendikbud, Kemendagri, Kemenag dan Kemenkes.
Oleh karena itu menghasilkan surat keputusan bersama (SKB) tertanggal 21 Desember 2021 no 05/ KB/2021 serta peraturan penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Bahkan dikabarkan, adanya PTM ini yang kini sudah berjalan, membutuhkan persiapannya dari tahun lalu. Luar biasa bukan?.
Bisa di andai-andai sendiri lah pokoknya tentang keruwetan untuk bisa menghasilkan mufakat dan kesepakatan untuk PTM ini. Karena dibahas 4 Kementerian yang tidak tentu dapat berjalan seiring seirama.
Seperti di mulainya persentase untuk murid yang layak tidaknya untuk ikut PTM, kemudian penilaian sekolah, daerahnya juga harus siap atau tidaknya untuk proses PTM. Bahkan dari jadwal proses belajarnya yang digilir dengan jam.
Namun sukurlah sekalipun PTM dilakukan dibawah pengawasan yang ketat sesuai prosedur protokol kesehatan namun yang penting utamakanlah keselamatan bersama.
Semoga yang sedang menimba ilmu disekolah sukses selalu dan semoga mampu membuat orang tua bangga.
Salam..
Samhudi Bhai
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H