Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Padi agar Rendah Diri

18 Desember 2021   14:18 Diperbarui: 18 Desember 2021   14:38 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Desember 2021 merupakan awal yang baik bagi para petani di Kampung Brebes Jawa Tengah untuk mengolah kembali sawahnya.

Desember juga dikenal sebagai bulan penuh hujan dan kenangan selama dalam satu tahun dituangkan pada bulan ini. Kisah kasih asmara contohnya yang sering di tampakan oleh para milleninal dibulan ini.

Musim kemarau tahun 2021 sudah terlewati dengan aman. Apa sebabnya? Karena seharusnya terjadi kemarau panjang pada bulan Juli, Agustus dan September yang lalu, namun masih diberikan hujan ditiap minggunya. Alhamdulillah..

Pada tahun saja terjadi musim kemarau panjang, hingga semua yang namanya tanaman disawah, dikampung Penulis Brebes Jawa Tengah, kering kerontang tak berbekas adanya tanaman semua mati karena kemarau panjang.

Pada tahun lalu tanah sawah pada menanga, mangap secara lebar dan gersang, pertanda tiada air hujan. Hingga membahayakan para petani sendiri saat di injek tanahnya terasa sakit ditelapak kaki. Juga rawan keblosok kedalam tanah yang biasa disebut dengan tela (tanah menganga lebar akibat kemarau).

Kini musim kemarau sudah berganti hujan, semua para petani dikampung Penulis kembali bersiap menggarap dan mengolah sawahnya untuk ditanami padi sebagai mata pencaharian sehari-harinya.

Semenjak minggu lalu hingga kini dikampung Penulis sudah ramai orang menanam padi atau yang biasa disebut dengan tandur pari (tanam padi) yang dikerjakan kaum ibu-ibu dan juga mbak-mbak.

Sebelum tandur pari tentunya para petani padi sudah melalui berbagai pengolahan sawah secara matang terlebih dahulu dari mulai memakai alat pembajak mesin yang dulu menggunakan kerbau, kini dengan mesin atau dikampung Penulis disebut dengan meluku mesin (pembajak sawah dengan mesin).

Mengolah sawah sampai tiga kali sebelum tanam padi yaitu yang pertama bakar rumput yang terkumpul setelah dibabat dengan arit pada waktu sebelum hujan tiba atau biasa disebut dengan ngerabut suket (babat rumput hingga bersih).

Kemudian yang kedua setelah sawah sudah penuh dengan air sampai tanahnya gembur baru kemudian dengan traktor mesin yang jika 1/4 sawah bayarnya 250 ribu rupiah.

Ketiga menggunakan cangkul yang dikerjakan dengan orang, biasa 1/4 sawah dikerjakan oleh orang 5 untuk mengolah sawah dengan mencangkul atau biasa disebut dengan kuli macul bedugan (mencangkul sawah setengah hari bedug) dengan 1 orang 60 ribu. 

Sedangkan untuk tandur pari perorang dibayar 50 ribu sampai setengah hari. Jika 1/4 sawah maka 500 ribu diborong ibu-ibu tandur.

Padi udah lama telah menjadi inspirasi bagi manusia. Filosofi padi dapat mengedukasi sejak dulu hingga kini banyak orang sukses karena belajar dari filosofi padi.

Lalu mengapa banyak orang lupa jika padi punya segudang filosofi yang berguna bagi diri sendiri? Karena umumnya menganggap bahwa padi tanaman biasa yang tidak dianggap special dihatinya. Selain itu padi terkesan kotor dan kumuh tidak sedap dipandang mata.

Melihat fenomena ini menjadi miris sekali rasanya, bagaimana tidak. Profesi Guru, Mahasiswa dan Pelajar sebenarnya banyak yang terlahir dari para petani padi. Namun ia menjadi jumawa tidak mau mengakuinya. Mungkin karena kesuksesan yang telah diraihnya sehingga menutup mata hatinya.

Wajar jika malu secara anak petani padi yang terkesan kumuh. Biasanya hal tersebut terjadi karena jabatan dari pendidikan yang diraihnya.

Jika benar seorang anak petani padi. Mengapa tidak mau belajar dari padi itu sendiri? Bukankah padi jika semakin berisi semakin menunduk? Kenapa tidak intropeksi diri?.

Sekuat apapun angin menerpa, padi tetap tidak akan goyah kesana kemari. Padi tetap diam merunduk, semakin berbobot semakin nunduk. Berbeda ketika masih berbunga dan masih berisi secuil, ia akan goyang kanan goyang kiri dengan gayanya.

Seperti itulah seharusnya karakter manusia agar belajar dari padi seperti ilmu para wali Allah Swt. Ia semakin berisi ilmu Agama semakin takut berstatement sembarangan keculi jika mendesak ia akan bereaksi demi martabatnya. Tentu semakin rendah diri dan tawadhu terhadap makhluk Allah yang lain.

Belajar dari padi semakin berisi semakin menunduk itulah sejatinya ada dalam diri sendiri, agar terhadap siapa pun selalu tetap berbaik hati tidak congkak, somobong dan jumawa. Apa yang disombongkan dari seorang anak petani padi?.

Filosofi padi yang lain yang juga dapat bermanfaat untuk manusia sebagai bahan mawaa diri . Filosofinya adalah tanam padi tumbuh rumput namun tanam rumput tak akan tumbuh padi. Filosofi yang ini sangat popular sekali dari kalangan masyarakat hingga para penjabat Indonesia.

Mengingat padi makanan pokok orang Indonesia namun hal ini tidak banyak orang yang mengetahui jika padi memiliki segudang inspirasi untuk kehidupan anak manusia.

Terkadang orang yang selalu berbuat baik namun sering kali terdholimi, dikecewakan dan disia-siakan. Tidak dihargai sama sekali bagaikan tanaman padi yang selalu ditumbuhi rumput ketika masih baru. Padahal padi tidak menganggu rumput akan tetapi mengapa rumput selalu menghalanginya.

Menanam rumput apakah akan tumbuh padi? Tentu tidak, karena padi simbol kebaikan ada pada padi bukan pada rumput yang nakal.

Makanya dimana ada tanaman padi apalagi yang masih ijo pasti akan selalu ditumbuhi rumput yang menganggu dan dimana ada kebaikain pasti selalu saja ada keburukan yang mengintilinya.

Padahal padi tidak pernah menggangu kehidupan rumput. Sekilas  memang warna rumput sama ijonya namun itu hanya kamuflase saja agar rumput dilihat baik seperti padi padahal rumput menyimpan keburukan pada padi.

Seperti itulah kehidupan lur yang diambil dari filosofi padi, mengena dihati untuk diambil hikmahnya buat diri sendiri. Filosofi padi yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri. 

Oleh karena itu mari belajar dari padi agar menjadi orang yang rendah diri yang tahan uji dan juga tidak punya rasa iri dengki. Lihat video dibawah ini.

Salam

Samhudi Bhai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun