Kisah nyata ini pernah Saya alami semenjak beberapa tahun lalu tepatnya 2018 lalu ketika Saya masih bekerja di sebuah PT di bilangan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
Selain Saya bekerja di PT juga ada pekerjaan sampingan yakni setiap hari ketika pulang kerja yaitu menjadi muadzin plus marbot (penjaga mushola/masjid) setiap hari sabtu minggu saat libur kerja didaerah kampung mangga jakarta utara tempat Saya tinggal.
Hobi koleksi barang menjadi kisah yang sebenarnya privasi menurutnya Saya. Sebab berhubungan dengan misteri yang mana kisah ini juga berhubungan dengan ghaib yang harus di imani oleh setiap muslim dengan penuh percaya kepada Allah Swt.
"Alladziina yu'minuuna bil ghaibi wayuqimunnasshalata wamima rozaqnahum yunfiquun" (yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami anugerahkan) (QS Al-Baqarah ayat 3).
Berawal sekitar jam setengah tiga dini hari Saya rutin bangun kemudian shalat sunnah tahajud dua rakaat khususnya hari sabtu dan minggu dari mulai bangun jam 3 sampai waktu subuh sebab dihari tersebut Saya libur kerjanya. Namun jika hari biasa Saya bangun Jam setengah 4 pas sebelum subuh.
Singkat cerita Saya dalam wirid sehabis Shalat tahajud tertidur sambil posisi masih duduk bersila menghadap ke barat. Disinilah pengalaman spiritual terjadi.
Ketika tertidur dialam mimpi Saya berada disebuah pekarangan luas yang dihuni oleh pohon besar seperti jati, randu, waru, albasiah dan mahoni. Sedang disekitarnya kanan kiri tumbuh semak belukar penuh rumput hijau yang tinggi.
Hobi Saya ketika itu memelihara burung jenis ketilang dan perkutut yang Saya cari sendiri baik disawah atau pekarangan rumah dengan berburu burung menggunakan ketapel.
Terkadang dapat dari sarang burungnya dipohon yang kemudian saya panjat lalu dipelihara. Namun yang lebih banyak dari itu hasil dari bidikan ketapel atau slepetan yang pelurunya dari tanah liat.
Dalam mimpi Saya sedang membidikan ketapel yang Saya lihat terdapat burung ketilang bertengger pada sebuah pohon setinggi pohon kelapa. "Jebrett.. ! peluru ketapel Saya pun tepat mengenai badan burung tersebut.
Saya mengejar larinya burung. Biasa langsung jatuh kebawah. Namun kini burung tersebut masih bisa terbang rendah menukik kebawah menuju sebuah pohon bambu tali yang rindang. Disitulah burung berlari dan berhenti tepat kearah satu rumpun pohon bambu tali rindang.
Saat Saya mengejar sejauh 5 meter untuk bermaksud mengambil hasil buruan, ternyata yang Saya dapati adalah kakek tua berjenggot putih dan bersorban putih bersama burung tersebut dipundaknya.
"Jangan kamu bunuh, jangan kamu panah dan jangan kamu ganggu burung ini, ini (sambil mengusap burung dipundaknya) makhluk Allah Swt yang punya hak untuk hidup. Biarkan burung ini tetap hidup dialamnya (sambil menerbangkan burung dan burung pun terbang tinggi)".
"Kalau mau dipelihara dan dirawat itu (sambil menunjukan kearah sebuah pohon dan dibawahnya bersinar terang putih) kata kakek tersebut".
Seketika Saya menoleh sesuai yang ditunjukan oleh kakek tersebut. Namun saat pandangan mata Saya kembali ke kakek sang kakek tersebut sudah tidak ada alias hilang. Padahal ada yang ingin Saya sampaikan namun lidah serasa dikunci tak mampu berkata apa-apa.
Sangkin penasaran Saya mencari cari kakek tersebut namun tidak dijumpainya. Saya pun menyebut istighfar "Astaghfirullahal Adhziim" dan terbangun, keringat dingin membasahi leher Saya.
Tidak lama kemudian diluar terdengar suara Adzan. Saya keluar dan berwudhu sambil menenangkan hati yang masih menyelimuti pikiran. Lalu kembali kemushola dan adzan.
Serasa dituntun, setelah shalat subuh Saya langsung menuju ke sebuah pekarangan di belakang rumah yang terdapat dalam mimpi tersebut dan anehnya secara langsung Saya dapat menemui sebuah pohon dimana dibawah pohon tersebut masih menyala sinar putih terang yang terlihat jelas sekali seperti dalam mimpi bahwa sinar tersebut membentuk sebuah keris.Â
Pernah ditawar 1 hingga 2 juta. "Kalo tidak dua juta deh sini saya bayarin" kata kolektor. Namun Saya tolak sebab dalam mimpi sang kakek suruh merawatnya.Â
Pernah dipinjam sama teman buat diadu katanya, namun baru dapat sehari dibawa kerumah teman, paginya di kembalikan lagi pada Saya. Pinjem sehari doang.
Sebab teman Saya meriang alias sakit dan katanya sebelum sakit di mimpiin ular besar berbentuk naga hingga gagap tak dapat bicara. Anehnya ketika dibalikin kembali sehari setelah itu sakit sembuh.
Itulah kisah Hobi koleksi barang berupa keris yang Saya punyai. Berapapun mahalnya, berapa pun banyak nilainya, jika hobi maka tidak akan pernah Saya dijual karena itu merupakan koleksi pribadi.Â
Apalagi pesan kakek tersebut sangat kuat sekali hingga yakni masih terngiang-ngiang untuk dirawat sebagai tradisi adat budaya keris leluhur yang turun temurun.
Semoga ucapan sang kakek tersebut ada hikmahnya dan semoga kisah hobi koleksi barang ini mampu mewakili bagi para kolektor barang antik yang unik agar tetap terawat. Salam..
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KVC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H