Pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw beberapa tahun lalu sekitar 2017 tepatnya berlokasi dijalan Kampung Beting, Semper-Koja, Jakarta Utara. Saya bertemu langsung dengan Habib Luthfi ketika selesai mengisi tausyiah maulid nabi saw.
Saya masih teringat tema Maulid ketika itu tentang Tahlil kalimah Laa ilaha ilallah yang sering menjadi perdebatan antara NU dengan lainnya. Jua masalah pentingnya dzikir sebagai ajaran para ulama-ulama tasawuf.
Ilmu dan Akhlaq Beliau sungguh luar biasa. Sekalipun Beliau terkenal, viral, dan terpandang seantero Nusantara ini namun tiap kali membawakan pesan dalam materi dakwahnya tidak pernah secuil pun Beliau mencaci atau pun membenci.Â
Sekalipun Beliau tahu banyak lawan-lawannya yang tidak sejalan dengan dakwahnya. Hal tersebut karena Habib Luthfi selalu membela kepentingan bangsanya bukan kepentingan politiknya.
Memandang Wajah Beliau begitu teduh, sejuk, adem dan mendamaikan. Ketika pada beberapa tahun lalu Penulis juga sempat bersalaman dengan Beliau saat itu dalam rangka Maulid Nabi.
Dari atas panggung Maulid sehabis mengucapkan salam perpisahan pada jamaahnya Beliau langsung turun yang kemudian kanan kiri dari Beliau dijaga atau diarak oleh puluhan Banser. Habib Luthfi pun sambil berjalan pulang menerobos kerumunan jamaahnya.
Untuk dapat mencium tangan seorang Habib pun tidak gampang sebang pagar betis saling berangkulan lengan dengan lengan lainnya dari kanan kiri barisan Banser. Jarak saya dari panggung lumayan jauh sekitar 25 meter karena penuh oleh jamaah yang sudah datang paling awal sebelum acara dimulai.
Banyak yang tidak kesampaian ingin mencium tangan Habib Luthfi karena tidak diperbolehkan oleh Banser. Namun ketika tepat melewati Saya, Beliau tiba-tiba berjalan agak lambat hingga kemudian memudahkan Saya mencium tangan Beliau tanpa berebut seperti didepan. Banser pun ikut berhenti ketika saya menyalami Beliau.
"Assalamualaikum bib, mohon doakan saya bib" kata saya sambil mencium tangan Habib Luthfi yang beraroma wangi minyak kasturi kala itu.
Setelah saya mencium tangan Beliau lalu saya memandangnya. Beliau juga memandangnya seraya membalas ucapan dua kalimat yang masih saya ingat.
"Insyallah..insyallah.." ujar Habib Luthfi.