Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Trump Pembawa Damai

8 Januari 2021   16:12 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:27 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sayangnya, Trump menghadapi bencana global tak terelakkan bernama pandemi COVID-19. AS merupakan negara paling parah terdampak penyakit dari virus corona tersebut. Lebih dari 20 juta orang AS terinfeksi dan 360.000 dari mereka meninggal dunia.

Kendati Trump berhasil merebut 74 juta suara, pemilih Joe Biden lebih banyak lagi yakni 81 juta orang. Negara-negara bagian penting dalam perebutan suara electoral college tidak mampu dimenangi Trump. Sekalipun dugaan kecurangan dan penggelembungan suara mengemuka, Biden tetap didaulat sebagai pemenang oleh penyelenggara pemilu dan parlemen.

Trump sudah berjuang lebih dari 2 bulan membuktikan kecurangan dengan memasukkan gugatan di berbagai pengadilan. Perjuangan terakhir adalah demonstrasi 6 Januari yang berujung kerusuhan itu.

Tatkala demonstrasi tidak mampu menggoyahkan mayoritas anggota Kongres AS, Trump tampak mulai menerima hasil pemilu. Dalam video terakhirnya, dia memang tidak mengucapkan selamat kepada Biden. Namun, Trump menjanjikan transisi pemerintahan ke Biden dalam 'momen penyembuhan dan rekonsiliasi'.

Di balik tutur kata Trump yang keras dan suka mengolok-olok lawan politik, saya awalnya mengira pria asal New York tersebut adalah sosok yang kejam. Saya dulu memprediksi Trump bakal menjadi maniak perang, tak berbeda dengan para pendahulunya.

Kita sebagai orang Indonesia mungkin tidak setuju dengan kebijakan Trump dalam menyelesaikan isu Palestina. Ekonomi kita juga mungkin terdampak perang dagang ala Trump. Meski demikian, jika menilik pengaruh AS dalam belantika global, upaya Trump mencegah perang tetap patut diapresiasi.

Pada kurun 2017-2020, Trump mengklaim telah menganggarkan lebih dari US$2 triliun untuk belanja pertahanan. Sebuah rekor fantastis mengingat AS tidak berada dalam keadaan perang. Dengan kata lain, negeri adidaya tersebut menyiagakan mesin-mesin perang termutakhir yang siap dikirim ke medan tempur.

"Saya berdoa kepada Tuhan semoga tidak sampai menggunakannya," ujar Trump.

Masa jabatan Trump tinggal 12 hari lagi. Semoga di sisa harinya itu, sebagaimana janjinya, tidak ada senjata AS yang meletus di negeri orang.

Bila itu terwujud, saya tak ragu mengatakan bahwa Trump adalah Presiden pembawa damai. Semoga Biden pun kelak demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun