Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nyalla Epigon Mukadar

3 Januari 2012   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 3010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tapi, dendam kusumat dan perlawanan terhadap Nurdin membuat masyarakat Surabaya berada di belakang Saleh. Dari seorang bocah SD yang tak tahu apa-apa hingga seorang walikota. Dari supir angkot, hingga para redaktur koran. Semua mendukung Persebaya yang kemudian dengan sangat terpaksa menambah embel-embel 1927.

LPI kita tahu kemudian mendapat momentumnya. Singkat cerita, menjeleng Kongres di Riau, "suara diam" anggota PSSI itu tiba-tiba berbelok arah. Mereka membentuk PSSI tandingan bernama Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia. PSSI Nurdin pun dibekukan. Dan puncaknya kelompok Saleh berhasil memenangi kursi PSSI-1.

Saya selalu percaya, keberhasilan reformasi PSSI yang menggulingkan Nurdin, besar dipengaruhi oleh Saleh. Sederhananya, tanpa suara Saleh, para penentang Nurdin hanyalah orang luar PSSI. Tanpa Saleh, Persebaya tidak akan ikut LPI. Tanpa Persebaya belum tentu klub-klub semisal Persibo, PSM, Persema mau bergabung dengan LPI. Tanpa LPI yang kuat, belum tentu reformasi mendapat momentumnya. Tanpa monetum dan dukungan rakyat, tak mungkin Nurdin terjungkal.

Setelah berpanjang-panjang dengan Saleh, sekarang kita tiba pada apa kaitan antara dirinya dengan Nyalla.

Kalau saya perhatikan tindak-tanduk "perlawanan" Nyalla selama ini, cara yang digunakannya mirip dengan Saleh ketika menghadapi Nurdin Halid dahulu.

Pertama, dia mencoba menampilkan diri sebagai seorang  pemberani di sepak  bola nasional. Pada mulanya tampil sendirian menentang segala "kekeliruan" pengurus PSSI, kemudian mengalir dukungan padanya. Dari empat anggota Komek hingga orang-orang Nurdin/Bakrie yang merasa kini punya teman memperoleh kembali kekuasaan yang hilang.

Setelah dukungan didapat, dia menggalang suara. Tentu dalam hal ini Nyalla agak berbeda kasus dengan Saleh. Dahulu Saleh mahfum dia hanya akan tampil sendirian, tanpa dukungan. Sedang Nyalla sadar, dia telah membangkitkan "semangat patah" orang-orang ISL akibat kekalahan pada Kongres. Dengan kata lain, Nyalla memang menginginkan kisruh ini terjadi. Apalagi dia paham kekuatan politik dan jaringan selama ini berada di tangan gengnya Bakrie.

Kedua, setelah menggalang suara, Nyalla bisa merangkul para pemilik suara untuk membuat Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia. Ini pula yang dulu dilakukan Saleh  pada zaman Nurdin yang berhasil memancing intervensi FIFA. Untuk yang satu ini, Nyalla memang mengakui bahwa dia meniru cara Saleh.

Apakah kemudian KPSI berhasil pula? Inilah yang mungkin ditunggu-tunggu Nyalla beserta para pendukungnya.

Pencalonan Dahlan

Sampai di sini, apa yang diperbuat Nyalla mungkin biasa-biasa saja. Tibalah waktunya ketika kemarin malam di acara "Metro Sport" MetroTV, Nyalla dengan entengnya mengatakan bakal mencalonkan Dahlan Iskan sebagai Ketua Umum PSSI dalam KLB yang coba dirancangnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun