Mohon tunggu...
Bagus Kusuma
Bagus Kusuma Mohon Tunggu... -

Ayah dari 3 orang Anak. Mengelola web pribadi di http://samarakita.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Menjadi Suami Sholeh

23 April 2012   01:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 5610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(Q. S. An-Nisa: 19).


Keimanan yang terjaga

Iman adalah sumber energi terbesar untuk membuat kita mampu memberi. Menjadi suami sholeh berarti memberi banyak hal bagi sang isteri bukan hanya kebutuhan jasadiyah namun juga ruhiyah. Iman yang kuat akan mampu memberikan rasa aman yang begitu dalam karena kedekatan dengan Sang Penguasa Segala Sesuatu yang begitu terasa. Iman yang kuat pun merupakan indikator yang dimiliki oleh para suami sholeh seperti dalam hadist berikut,

“Sesungguhnya mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah kalian yang baik terhadap istri-istri kalian(H. R. Timidzi).”


Kepemimpinan yang Kuat

Suami adalah pemimpin dalam keluarga dan secara fitrah Allah memberikan potensi kepemimpinan tersebut untuk bekal memimpin isteri dan anak-anaknya. Suami juga merupakan manajer tertinggi yang bertanggungjawab menghantarkan seluruh anggota keluarganya mencapai tujuan hidupnya. Bukan hal yang main-main, karena sebelum dia mendapatkan amanah sebagai suami (pemimpin) sebelumnya dia harus membuat sebuah perjanjian yang berat (mitsaqan ghaliza) sehingga sang wanita yang kemudian menjadi isterinya berada sepenuhnya (dunia dan akhirat) dalam tanggung jawab. Ironisnya banyak lelaki yang menganggap enteng proses akad sebagai ucapan formal belaka sebagai syarat sahnya pernikahan tanpa tahu konsekuensinya. Sehingga ketika selesai mengucapkan akad nikah ucapan yang keluar dari mulutnya adalah, “Yess!!” Dan bangga kalau berhasil mengucapkan akad tanpa harus mengulanginya.


Materi yang Cukup

Mohon maaf untuk poin yang satu ini memang agak subyektif. Materi memang bukan segalanya tapi dengan materi banyak hal yang menjadi lebih mudah dilakukan. Jangan pakai istilah sepiring berdua atau biar miskin yang penting cinta. Tapi pikir gizi anak, sekolah anak, pakaian isteri, fasilitas rumah tangga yang memadai dan lain-lain. Memberi hadiah yang romantis untuk isteri akan lebih susah kalau tidak punya uang, tersenyum kepada isteri jadi lebih susah kalau pundi-pundi dapur kritis, menafkahi keluarga gak cukup-cukup karena memang tiap bulan materi selalu kurang, dan banyak kasus rusaknya harmonisme suami isteri gara-gara masalah materi. Jadi sebagai wujud tanggung jawab, suami sholeh punya tugas juga untuk menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga dan jangan sekali-kali mengekspor isterinya untuk jadi TKI.


Sehat Fisik

Sebenarnya yang saya maksud adalah sehat secara jasmani dan ruhani, namun kesehatan ruhani sudah terwakilkan oleh poin ke-2 di atas. Maka sehat secara fisik menjadi titik tekan disini. Lemahnya fisik menjadi salah satu faktor penyebab rumah tangga menjadi tidak bahagia. Begitu juga jika sekiranya tidak mampu untuk bekerja karena penyakit dan sebagainya akan menjadikan laki-laki tersebut tidak dapat memberikan nafkah dan tanggung jawab lainnya kepada keluarganya.


Menjadi suami sholeh adalah dambaan para isteri membuat saya teringat perkataan Habiburrahman El Shirazy dalam Ketika Cinta Berbuah Surga, katanya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun