Mohon tunggu...
Samanta
Samanta Mohon Tunggu... -

Bukan aku yang menulis puisiku... Puisikulah yang menulisku...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisiku

5 Februari 2017   02:07 Diperbarui: 5 Februari 2017   02:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pembujuk rayu menuju belantara hidup pangestu dan rahayu

Puisiku adalah jamu narwastu ampuh pemberi energi terbaru

peredam nyeri tumorku yang seakan disayat-sayat sembilu

pembasmi benci dan murka yang kerap bersarang di kalbu

penyemai tunas-tunas asmara di ladang hati yang syahdu

telutur yang lebih menghanyutkan dari seribu buluh perindu

perindu dahsyat bagi jiwa-jiwa yang sekarat di kaldera nafsu

Ah, namun seringkali pula puisiku memicu air mata pilu

membuatmu terkapar di lembah tangis haru dan sedu

jika itu terjadi pada dirimu, tolong maafkan aku

itu sama sekali bukan mauku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun