Soal Kontroversi
Di luar itu, banyak orang menanyakan, mengapa Kartosuwiryo tidak ada di film tersebut? Padahal Kartosuwiryo juga ikut bersama Semaun dan Darsono. Ternyata film ini hanya dibatasi untuk peristiwa-peristiwa sejarah sampai 1921. Kartosuwiryo sudah ada tapi masih remaja, saat itu belum punya peran-peran besar.
Selain itu, telah diungkapkan langsung oleh Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe Letto) saat Kenduri Cinta di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang bertemakan “Atheisme Agama”, Maret lalu . “Film ini hanya pengantar ke kisah Tjokro yang selengkapnya".
Banyak juga yang mengatakan, SI yang didirikan Tjokroaminoto sangat kental dengan sosialisme dan komunisme. Saya tidak mengerti ini sumbernya dari mana. Saya sendiri ketika belajar sejarah di bangku Sekolah menengah Atas (SMA) mendapatkan sejarah yang serupa dengan yang ada di film ini. Tjokro diajak gabung di Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh H.Samanhudi. Kemudian bersama KH.Agus Salim memisahkan diri dan mengubah SDI menjadi SI.
Di kemudian hari, pasca meninggalnya Tjokroaminoto, SI terpecah. SI Putih dipimpin Haji Agus Salim dan SI Merah oleh Semaun dan Darsono, yang kemudian menjadi PKI.
Membandingkan Dengan Sang Pencerah & Sang Kiai
Jika dibandingkan dengan film “Sang Pencerah” atau “Sang Kiai”, film ini jauh lebih bagus. Film Tjokro sangat kental dengan kebaikan nilai-nilai Islam, padahal ini film pergerakan nasional. Film Tjokro sangat kuat menunjukkan pribadi Tjokroaminoto yang pemberani.
“Sang Pencerah” sebaliknya, bercerita tentang terobosan yang dibuat KH. Ahmad Dahlan, namun merendahkan kiai-kiai kampung. Saya benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin para kiai-kiai kampung yang terkenal dengan kearifannya malah menentang ide-ide Ahmad Dahlan untuk perkembangan umat. Apalagi Ahmad Dahlan masih keturunan kiai.
Begitu pula dengan film “Sang Kiai. Film ini juga tidak menampilkan karomah-karomah yang dimiliki K.H Hasyim Asy’ari yang sangat mahsyur di kalangan pesantern. Di situ K.H Hasyim Asy’ari malah terlihat lemah di hadapan penjajah. Padahal kenyataannya, K.H. Hasyim Asy’ari berhasil menyemangati warga melawan penjajah. Kekuatan semangat kiai sebesar Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan kemerdekaan justru tidak terlihat.