Mohon tunggu...
Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Hobi membaca dan menulis

Mukim di Kebumen. Karya tulisnya tersebar di berbagai media cetak dan online, lokal hingga nasional seperti Kompas Anak, Republika, Jawa Pos, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Radar Bromo, Radar Banyumas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Lampung Post, Analisa, Bangka Pos, Kartini, Nova, dll.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajaran Berharga tentang Menemukan Tujuan Hidup Manusia

24 Agustus 2018   10:24 Diperbarui: 27 Agustus 2018   07:39 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bujang mendadak teringat masa lalu Samad dan Midah, ayah-ibunya yang kini telah tiada. Bujang lantas meyakini bila ayahnya memiliki wanita lain sebelum menikahi ibunya. Sebuah fakta yang tentu saja sangat menyakitkan dan menguak kembali luka lama dalam dirinya.

Tugas Bujang pun kini bertambah; menyelidiki dua sosok penting dalam hidupnya. Pertama, Catrina, wanita lain yang pernah menjalin hubungan dengan almarhum ayah. Kedua, Diego, pemuda yang masih ada hubungan darah dengannya (hal 232).

Beragam cara ditempuh Bujang demi mengorek kenangan masa silam almarhum ayah. Salah satunya dengan mendatangi Tuanku Imam, pengasuh sekolah agama di sebuah perkampungan nelayan. Tuanku Imam merupakan kakak kandung almarhumah ibunya Bujang. Perlahan, sedikit demi sedikit, kisah suram masa lalu orangtua Bujang pun terkuak.    

Sementara itu, konflik kian memanas ketika Chen, salah satu orang yang telah lama bergabung dengan Keluarga Tong, kepergok berkhianat dan membocorkan rahasia penting keluarga tersebut. Beragam persekongkolan dan pengkhianatan antar penguasa shadow economy membuat alur cerita makin rumit tapi justru malah semakin menarik dan cukup berhasil membuat pembaca masuk ke dalam alur ceritanya. Membaca novel ini rasanya seperti sedang menonton sebuah film kolosal yang penuh ketegangan dan hal-hal mendebarkan.  

Kaya Pesan Moral

            Novel ini kaya akan pesan moral yang dapat menjadi bahan renungan bagi para pembaca. Beberapa pesan moral yang saya maksud antara lain:

1. Pentingnya Menjalankan Perintah Agama

Saat Bujang bertemu Tuanku Imam, beliau berpesan agar jangan pernah meninggalkan shalat. Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat adalah termasuk hal pokok dalam kehidupan umat Islam. Islam ibarat sebuah bangunan. Sementara shalat diibaratkan tiang penyangganya. Orang Islam yang meninggalkan shalat berarti sama saja dengan meruntuhkan bangunan tersebut. Merobohkan agama Islam.

"Kamu harus lebih sering shalat, Agam. Itu perintah agama. Bahkan tiang agama" (hal. 85).

"Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka, semoga entah di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah...," (hal 86).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun