Mohon tunggu...
Salza ayraramdina
Salza ayraramdina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Ambil baiknya, buang buruknya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:01 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:56 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya pada saat di sekolah, aku tak ingin bercerita kepada siapa -- siapa. Memang kata orang -- orang diluar sana orang yang seneng mendengar curhatan orang lain tapi dirinya sendiri enggan untuk curhat kepada orang lain, tulah aku. Aku sering sekali ditanya sama Ayudia dan Azkia lagi ada masalah atau apa tapi aku tak mau menjawabnya, setelah 2 minggu kedepan baru aku cerita sebenarnya keadaan aku lagi gini gini gini tapi mereka tetap menerima aku dan membantu aku meskipun tidak cerita pada saat itu juga. Merakapun bertanya, kenapa Qila keliatan murung hari ini? Ya jelas aku akan menjawab ga kenapa kenapa  ko. Mereka memamng langsung mnegerti tidak akan bertanya seperti itu lagi nanti juga aku yang akan cerita sendiri sama mereka. Seminggu kemudian  ceritalah aku sama mereka kalau aku udah tidak ada hubungan apa -- apa lagi sama Reza. Mereka menyangka bahwa Reza  itu selingkuh tapi aku tetap bilang sama mereka bahwa ini kemauan aku meskipun kenyataannya pahit. Aku bilang pada mereka tenang ajah Reza bilang dia tidak akan  mencari wanita lain dia akan tetap menunggu aku sampai aku menjadi psikolog  dan dia akan menjadi dokter yang sukses. Aku percaya itu.

" Jangan mendua, berdua saja
Itu sudah lebih dari cukup
Karena sendiri adalah sepi,
Dan bertiga adalah luka "


Pulang sekolah, langsung ditanya oleh Ibu. Qila mana Reza? sudah dikasih tau kalau ibu mau ketemu. Bingung deg degan campur aduk rasanya sebab Ibu sangat setuju dengan Reza dan sudah kenal baik dengan keluarganya tak heran jika Ibu sering ngobrol dengannya. Aku spontan menjawab Reza ada acara di Jakarta bu jadi ga bisa dateng, acaranya pun lumayan lama jadi ga  bisa bilang besok Reza bisa ketemu sama Ibu. Terus Reza ga sekolah gitu? Mamahnya ga marahin dia? Kalau jadi Ibunya Reza, Ibu udah ngasihtau dia jangan bolos seko..... aku  langsung memberhentikan pembicaraan Ibu, Qila ke kamar bu. Ibu bilang Qila dengerin dulu Ibu tapi aku mengabaikannya. Mungkin ini terlihat tidak sopan tapi mau bagaimana lagi aku tak ingin memperlihatkan kesedihanku untuk saat ini.

Hari demi hari akhirnya aku sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Aku sudah mulai terbiasa ketika teman -- teman menanyakan mana Reza biasanya suka dijemput. Memang Reza orangnya gampang sekali akrab, makannya banyak teman disekolahku berteman baik dengan dia. Aku juga tidak munafik akan melupakan Reza selamanya, ya ketika orang bertanya tentang Reza sesekali aku memang suka memikirkan dia, dia lagi apa ya jam segini, dia keadannya giamana ya sekarang... tapi aku harus selalu terlihat ceria dihadapan mereka.

3 minggu kemudian, Ibu menanyakan lagi kepadaku, mana Reza? Mana mungkin acara di Jakata sampai mau sebulan, sekolahnya gimana? Mamahnya pun akan melarang dia buat pergi kesana. Sini bu kita duduk diruang tengah yah... Qila mau biacara sama Ibu. Sebenarnya Qila sudah tidak dekat lagi sama Reza bu. Ibu kaget dan menjawab kok bisa? Aku menjelaskan kepada Ibu se detail mungkin. Ibu jangan marah dulu yaa, jadi gini bu aku gak mau terganggu sekolah karena aku ketergantungan sama Reza. Aku juga tidak menutupi bahwa aku memang tiap hari mikirin Reza bu. Itu sangat sangat menganggu konsentrasi belajar aku. Ibu tau sendiri pesan Ayah sama aku bahwa tidak boleh ketergantungan dengan seseorang kalau belum menjadi hak kita. Qila  ga cerita langsung ke Ibu karena takut marah. Kalau Qila terus seperti itu cita -- cita Qila buat jadi psikolog akan terganggu juga. Qila sudah menerima dengan segala resikonya ko bu... tenang saja tidak usah mikirin Qila dan kalau bisa Ibu jangan terlalu sering menanyakan Reza ya bu.. jangan membuat Reza menjadi kepikiran, boleh nanya sesekali nanti Qila sampaikan ke Ibu.

Ibu diam dan matanya berkaca kaca, Ibu salut sama kamu Qila. Maafkan Ibu karena sering bertanya keadaan Reza gimana. Ibu doakan agar kammu sukses dan Reza pun sukses dengan jalannya masing -- masing. Tapi Ibu ga yakin Reza  langsung menerima begitu saja. Ya bu, Reza bilang dia ga akan mencari lagi yang lain dan dia yakin bahwa  Qila akan jadi jodohnya dia. Tapi Qila ga akan berharap banyak bu karena yang  menentukan jodoh kita hanya Allah SWT bukan dari ucapan Reza. Sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan yang terbaik saja, yang menjalankan kan kalian kalian juga. Iyah bu makasih udah mengerti keadaan Qila, jawabku.

Setelah itu perjuanganku semakin berat, ketika  masuk Universitas yang diinginkan banyak sekali godaannya. Untungnya aku mampunyai rahasia jitu untuk tidak salah langkah, yaitu doa dan ridho dari seorang Ibu. Mau segimana berat cobaan kita, tetap penyembuhnya adalah ridho Ibu dan ridhonya Allah SWT. Ketika aku berpisah dengan kedua sahabtku, itupun merupakan ujian bagiku. Aku khawatir mereka akan berubah dan mendapatkan sahabat baru lalu meninggalkan aku. Tapi ternyata ketika dipisahkan pun komunikasi seperti biasanya dan seminggu sekali kita menjadwalkan untuk saling bertemu serta mengerjakan tugas bareng meskipun dengan jurusan yang berbeda. Pertemanan yang positif memang harus dipertahankan oleh siapapun. Satu saat ketika kita sedang mengerjakan tugas, Azkia melihatkan handphone nya kepadaku dan bilang Qila liat Reza punya cewe baru. Aku yang melihatnya benar benar memastikan dan ketika melihat instagram pacarnya ternyata benar dia sudah pacaran lumayan agak lama tapi aku heran kenapa di instagram aku tidak pernah muncul post sannya Reza. Mengecek lah di HP aku dan ternyata benar aku di hide sama Reza. Aku nangis bukan karena Reza sudah punya yang baru lagi tapi aku sedih dengan dia nge hide intagram aku dan dia melanggar ucapannya. Ayudia memeluk aku dan mengatakan sudah Qila sekarang kamu harus menjadi orang yang konsisten dengan apa yang kamu omongkan. Toh ketika nanti Reza melihat kamu sudah sukses dengan menjadi psikolog, aku yakin dia akan kembali lagi sama kamu. Tengang kamu masih punya Ibu, masih punya Ayudia dan Azkia, masih punya Allah SWT. Kamu tidak akan kesepian ko...., masih banyak laki -- laki diluar sana yang ingin kenal dengan kamu dan mendekatimu tentunya lebih tulus serta lebih baik dibandingkan dia.  Kata- kata yang disampaikan Ayu membuat semangatku on fire kembali. Aku yakin aku bisa!!

Selang beberapa bulan, aku didekatkan oleh Azkia dengan teman cowonya namanya Iko. Penilaianku dia orangnya sangat aktif, pemikirannya luas, tapi kekurangannya dia tak se humble Reza. Lama dekat akhirnya kita jadian dengan komitmen di awal tidak boleh menganggu ketika sedang berada di Universitas masing -- masing. Intinya jangan menganggu ketika sedang belajar, terdengar seperti bocah tapi Iko setuju akan hal itu. Setelah beberapa minggu pacaran, aku mulai berani post di sosial mediaku. Jujur aku tidak menyembunyikan dari siapa -- siapa sekalipun Reza. Aku bercerita dengan Ibu  aku dekat dengan Iko dan Iko sering kerumahku dan  ngobrol dengan Ibu. Kata ibu kerkurangan dari Iko dia tak punya  tujuan kuliah di jurusan itu nantinya akan bekerja dimana.iko bilang segimana dapetnya saja, dan ibu tak setuju dengan pembicaraanya. Menurut Ibu, laki -- laki itu harus punya tujuan dan prinsip kedepannya mau gimana. Aku membantu meluruskan semuanya, tenang bu aku akan membantu Iko untuk mematangkan pemikirannya. Arahnya akan kemana semaunya Iko dan baik menurut orang tuanya Iko.


" Kamu sabar, aku sabar
Kamu bahagia, aku bahagia
Kamu bingung, aku tak bingung
Kamu sedih, aku tak ingin sedih
Bukannya egois
Sebab akulah yang akan menyempurnakan semuanya "

Ada hal yang mengejutkan kepadaku. Bukan tentang Iko ataupun kedua sahabatku. Aku ingat hari Sabtu tepat pukul 8 malam Reza menghampiri aku ketika aku sedang berada di kost san Azkia . Aku pun heran kenapa dia bisa tahu kalau aku ada disini, ternyata dia menanyakan kepada Azkia dan dia mengancam kalau Azkia tidak ngasih tau keberadaanku, Reza akan melakukan satu hal kepadaku dan Azkia tidak menginginkan hal itu. Dibukalah pintu oleh Azkia dan dia sedikit berbicara tunggu sebentar ya aku panggilin dulu Qila nya. Dia dengan muka panik mengatakan maafin aku Qila, Reza datang kesini untuk nemunin kamu katanya ingin ngobrol sebentar. Aku ga berani nolak karena kalau aku ga kasih tau kamu lagi ada dimana dia bakalan berbuat sesuatu  sama kamu. Mau marah tapi gak bisa bagaimana pun Azkia udah bantu aku ya... akhirnya aku menjawab ya ga apa apa ko kia lagian aku sudah melupakan Reza. Mungkin yang kia khawatirkan aku bakalan keinget lagi sama dia dan susah lagi untuk melupakannya.

Tak disangka -- sangka dia hanya ingin bertanya postingan aku di instagram. Menurutku mungkin dia cemburu ketika melihat aku dengan Iko tapi apa haknya dia kalau marah sama aku. Ternyata benar dia marah dan menanyakan kepadaku mana janji kamu katanya mau tetap menunggu aku sampai aku sukses jadi dokter. "kenapa kamu bisa deket sama Iko?mana janji kamu  katanya kamu mau setia sama aku" dengan berbicara yang tinggi. Ayo Qila jangan terpancing karena hal ini. Aku menjawab " kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama seperti kamu?". Dia kebingungan dan menjawab "maksudnya kaya gimana?". Sebelum aku pacaran sama Iko jauh dari itu kamu sudah pacaran sama Andin kan... kamu sengaja instagram aku di hide sama kamu emang kamu piker akau tidak tahu semuanya? Dengan nada suaraku yang sedikit tinggi karena sudah tidak tahan kenapa dia menjadi egois seperti ini. Akhirnya dia menjelaskan semuanya. Jadi gini Aqila sebenarnya aku ingin menyembuhkan luka dari kamu, tapi kenyataannya sama sekali tak ampuh. Pikiran dan hatiku tetap tertuju sama kamu, aku ga tau lagi gimana caranya biar bisa melupakan kamu. Bisa tidak kita berjuang sama sama lagi, menghadapi semuanya dengan tangisan bahagia. Seketika aku disitu menangis Reza pun terlihat sedih dan kalut pikirannya. Sebenarnya aku disitu belum menjadi psikolog yang handal karena aku masih perlu belajar. Umurku juga masih 21 tahun, masih panjang perjalananku untuk berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun