Mohon tunggu...
Salza ayraramdina
Salza ayraramdina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Ambil baiknya, buang buruknya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:01 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:56 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin aku terlihat munafik ketika berbicara seperti itu. Bedanya Reza dengan Iko adalah  bagiku Reza itu tidak mau pisah denganku jadi aku terlalu bergantungan sama dia tapi beda dengan Iko dia tau mana batasan dia ketika ingin bertemu sama aku dan bertemu dengan teman -- temannya. Akhirnya aku menjawab maafkan aku Reza untuk kali ini aku ga bisa menerima kamu seperti dulu lagi. Tapi aku yakin ketika kita sudah sukses kita akan bersama lagi  kalau memang sudah jalannya Allah SWT. Iko bilang kenapa harus gini sih jadinya samba tangannya sudah mengepal seperti akan menonjok tembok. Aku memegang  tangannya dan berkata kalau kamu yakin aku pun akan yakin. Yakinkan bahwa kita bisa menghadapi semuanya. Reza tidak bisa menahan tangisannya dan dia langsung pulang tanpa sepatah kata apapun. Tanpa aku mengetahuinya ketika Reza pulang Azkia kasih tau bahwa  sebenarnya Iko adalah teman Reza juga tapi Iko dengan sabar ingin membantu aku untuk tidak memikirkan terus Reza. Reza pun tidak bilang kalau Iko itu temannya mungkin dia pun tidak ingin merusaknya. Disitu mood ku hancur aku langsung pulang tanpa pamitan ke Azkia dengan  rasa sedikit kesal.

Di kamar aku terus memikirkan keduanya.aku merasa orang yang paling egois di dunia ini. Aku nyaman dengan Iko tapi tak ingin lepas dari Reza. Balik lagi liat perjuangan Iko sampai saat ini, kita udah pacaran hamper 2 tahun dan itu bukan perkara yang mudah. Tidak tega untuk menyakiti Iko hanya karena hal ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti bilang ke Iko yang sejujur jujurnya apa yang aku mau insyaallah dengan jujur semuanya akan berjalan dengan baik dan Iko pasti menerima semua itu.

Beberapa hari aku mengumpulkan niat untuk jujur kepaa Iko akhirnya aku menemui Iko disebuah caf yang Iko sering nongkrong disana. Aku ajak dia untuk keruang VIP agar bisa bertatap muka melihat wajahku yang akan berkata jujur ini. Jujur beda rasanya ketika ditembak oleh Iko itu kaya biasa ajah tapi ketika sekarang aku yang berbicara ke Iko gerogi, gemeteran, jantung dag dig dug ga karuan. Perlahan aku atur nafas, Iko melihatku kebingungan. Ada apa sih Aqila ngomong diluar juga bisa kali... aku bilang ke Iko kali ini beda. Tidak berpikir panjang aku langsung bilang Iko aku udah tau ko semuanya, mulai dari kamu temennya Reza, kamu ingin membantu aku untuk melupakan Reza, terimakasih atas semuanya. Tapi aku tak ingin rasa ini karena sebab yang seperti itu. Aku ingin hubungan ini tulus apa adanya tapi menurutku tidak. Iko pun berbalas "ga Qila, aku tulus sama kamu, aku tidak pernah memandang itu semua awalnya iyah tapi setelah dipikirpikir kamu beda dari wanita lain, kamu wanita hebat yang pernah aku temui, Izinkan aku untuk memperbaiku semuanya. Melihat ketulusan dia niatku semakin menjauh untu meninggalkan Iko. Tapi kejadian ini sama sekali seperti aku meninggalkan Reza. Aku menjawab "Iko dengerin baik baik nya aku seperti iniudah mengalami untuk kedua kalinya,aku pikir kamu menjadi obat aku tapi kali ini tidak. Aku bingung, ga tau lagiakuharus ngelakuin apa. Mungkin yang terbaik memang aku harus putus sama kamu." Muka Iko keliatan kaget dan ga tau harus melakukan apa lagi. Adu berbicara sedikit memamng wajar aku terima itu tapi keputusannya adalah aku  lebih baik menyendiri tapi bisa membahagiakan orang lain.

" Pulang
Jadi kata paling nyaman
Setelah proses pencarian panjang "


5 tahun mendatang setelah aku sukses menjadi psikolog yaa setidaknya telah tercapai meskipun belum sukses sukses amat hehe... aku senang melihat Ayudia sudah bekerja di Bank, Azkia sudah menjadi istri pengusaha yang kaya, dan setidaknya aku sudah menjadi psikolog. Kadang aku suka mengingat kembali bagaimana dulu aku bisa melewati semua ini. Kuci utamanya adalah bersyukur. Sesulit apapun masalah yang dihadapi adalah harus bersyukur dan berikhtiar  semampu kita. Terbukti keinginan semuanya sudah tercapai dan yang belum tercapai adalah menikah. Umur sudah menginjak 27 tapi calon  pun belum ada. Aku pun tidak terlalu khawatir akan hal itu, tapi berbeda dengan Ibu, Ibu selalu khawatir bagaimana kalau Ibu sudah tidak ada dan aku belum menikah juga. Aku selalu sedih ketika Ibu berbicara seperti itu. Akupun sebagai anak ingin menenangkan hati ibu yang gelisah aku menjawab pertanyaan Ibu doakan saja bu, Allah lagi menyiapkan jodohku yang terbaik bagi Allah dan menurut Ibu.

Suatu ketika, Ayudia dan Azkia mengajak ketemuan di sebuah Caf dekat rumah. Kebetulan mereka punya waktu untuk berkumpul. Biasa yang diomongkan para wanita adalah cowo lagi cowo lagi ya meskipun terdengar menyebalkan tapi mau bagaimana lagi namanya juga hidup diantara teman yang sudah memiliki pasangan. Ketika lagi menyantap makanan, terlihat seorang pria masuk ke caf itu dengan badan yang kekar, rambutnya yang rapi, masih pakai baju olahraga bekas ngegym mungkin. Disitu aku melihat ohh ada cowo cuman sekedar itu ajah. Akupun tak bilang pada sahabatku karena menurutku itu hal yang biasa saja. Ketika sudah beres makan, cowo itu menghampiri kita dan menanyakan Aqila kan? Ayudia? Azkia? Sontak kami bertiga nanya kembali siapa ya kenapa bisa kenal  kita? Setelah sadar, Azkia  memukul tangan aku dan dia seperti susah ngomong itu re re re re, tapi keburu  dijawab saya Dokter Reza. Satupun dari kami tidak ada yang menyangka kalau itu mantan aku. Azkia baru bia ngomong kembali ketika Reza selesai berbicara. Reza berubah drastis dari gaya pakaian, gaya rambut dan badannya pun berbeda. Dia mengurus diri untuk kebaikan diri sendiri. Dari sana kita mulai berbincang lagi membahas pekerjaan satu sama lain.

Tidak ada yang menyangka setelah 5 tahun berpisah akhirnya kita dipertemukan kembali. Scenario Allah yang sangat indah yang aku alami semasa hidup. Tidak menyangka bahwa Reza kali ini setia dengan komitmennya bahwa  tidak akan pacaran lagi dan terbukti sampai  pada akhirnya ketemu denganku, dia sama sekali tidak dekat dengan temen cewe manapun. Dia mengaku bahwa setiap malam dia selalu berdoa berikan yang terbaik baik kehidupannya dia ataupun kehidupanku. Tanpa berpikir panjang, selang 3 bulan waktu ketemu, Reza ngajak serius padaku. Speehlessssss. Menurutku dia adalah orang yang tepat. Tapi aku khawatir dengan restu orang tua. Bagi ibu mantan adalah mantan tidak mungkin rasanya pasangan hidup kita itu adalah  mantan. Tapi berkat ketulusan Reza mau menerima apa adanya, Ibu setuju dengan segala keputusan yangaku ambil. Jelasaku menerimanya, kedua orang tua Reza sebenarnya dari dulu menginginkan aku untuk menjadi istri Reza tapi apa daya garis cerita yang dulu berbeda dengan sekarang.

Alhamdulillah pernikahan berjalan dengan lancar, aku dikaruniai 2 orang anak sepasang cewe cowo dan itu memang keinginan Reza sedari dulu. Berbagai suka duka kita lewati bersama, nikmati bersama. Memang benar ketika sudah dewasa yang menetap di hati bukan yang menarik secara fisik namun yang terpenting  adalah berkomitmen dan bisa saling memahami. Bahasa rahasianya ketika jodohku itu adalah orang yang paling aku tunggu.

" Jika sesuatu itu milik kita.
Sesulit apapun jalannya, apapun rintangannya.
Pati akan jadi milik kita, karena memang untuk kita. "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun