Mohon tunggu...
Dionisius Salya Tejo
Dionisius Salya Tejo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - SEMINARIS

Saya tertarik dengan hal-hal yang memiliki humor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggagas Pentingnya Keseimbangan pada Kehidupan Sosial dan Prestasi Akademis

10 Oktober 2023   08:35 Diperbarui: 10 Oktober 2023   08:53 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi penulis

Maka dari itu, di masa kini, tidak sedikit orang tua yang memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang berasrama, karena sekolah berasrama mampu mengawasi dan membantu pertumbuhan anak selama 24 jam. Disisi lain, karena sekolah berasrama biasanya memiliki pendidikan agama yang kuat pula, siswa atau siswi yang sekolah di asrama biasanya bukan hanya menerima kurikulum pendidikan secara umum. Namun, juga menerima kurikulum yang memberikan pendidikan agama yang kuat secara khusus dari lembaga pendidikan asrama mereka masing-masing. Pendidikan agama yang kuat inilah juga yang membantu anak untuk siap menghadapi tantangan di masa depan karena mereka memiliki pegangan agama yang kuat.

Kehidupan di sekolah berasrama, yang pertama siswa pasti jauh dari orang tua, dan ini merupakan tahap dan cara mereka belajar untuk hidup mandiri karena mereka jauh dari orang tua. Yang kedua, mereka diajarkan memiliki pegangan agama yang kuat, contohnya jika anak sekolah di Pondok Pesantren maka mereka akan diberikan pendidikan agama Islam yang kuat sebagai pegangangan hidup mereka. Jika mereka sekolah di sekolah Katolik seperti Pangudi Luhur, maka mereka juga memiliki pegangangan iman Katolik yang kuat karena itu yang memang diajarkan.

Mereka juga pasti tidak memiliki kebebasan memakai alat elektronik seperti yang dimiliki anak-anak di masa kini, dan juga akses untuk internet terbatas, sehingga waktu mereka untuk bersosialisasi dengan teman-teman mereka yang ada di satu asrama lebih banyak dan pasti akan lebih cepat untuk bersosialisasi karena mereka tidak memiliki pilihan untuk memakai alat elektronik seperti handphone yang biasa digunakan di masa kini. Sehingga, satu-satunya sarana sosial mereka bukan lagi media sosial, tetapi komunitas dimana mereka tinggal dan hidup berasrama.

Salah satu sekolah terkenal berbasis agama Katolik yang memiliki kehidupan berasrama dan berkomunitas  ialah SMA Seminari Menengah St. Petrus Canisius, Mertoyudan. Sekolah ini terloetak di Jl. Mayjend Bambang Soegeng no.15, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Sekolah berasrama yang homogen laki-laki ini adalah sekolah calon imam agama Katolik yang memiliki unsur kehidupan berasrama dan berkomunitas.

Menurut Rm. Yupilustanaji, Pr seorang romo yang bertugas di Seminari Mertoyudan 2 periode, sejak 2010-2014 dan sejak 2018 - saat ini. Sebagai staf dan pamong umum Seminari Mertoyudan. Menurut Rm. Yupi,Pr. Seminaris itu penting & perlu untuk memiliki prestasi akademis, karena itu sebagai salah satu bentuk pengembangan diri dalam bidang akademik dan sebagai bentuk syukur mengoptimalkan talenta yang dikaruniai Tuhan, terutama dalam kemampuan kognitif. Jika ada seminaris yang kurang dalam bidang akademi, maka harus berjuang untuk mendapatkannya. Bukan karena harus bisa tapi yang penting adalah seminaris tersebut mau & berusaha berjuang untuk berkembang dalam akademi, seperti perumpamaan talenta.

Rm. Yupi juga mengatakan bahwa seorang seminaris itu harus & diajarkan untuk bertumbuh dalam kehidupan sosial & akademis yang seimbang, bukan hanya unggul di salah satunya atau berat salah satunya. Jika ada seminaris yang berat untuk unggul di salah satunya saja maka ia tidak sesuai dengan visi seminaris, yaitu 3S. Sanctitas (kesucian), Sanitas (kesehatan), dan Scientia (pengetahuan). Kehidupan sosial dan prestasi akademis harus seimbang. Bahkan jika di Seminari Mertoyudan, ditambah unsur kerohanian agar semakin memenuhi visi seminari yaitu 3S.

S        emenjak Rm. Yupi bertugas di Seminari Mertoyudan Rm. Yupi mengatakan bahwa ia melihat seminarisnya berubah & bertumbuh. Contohnya adalah Rm. Andi Muda, Pr dan Rm. Kartono, Pr . Kedua romo tersebut sekarang adalah staf kepamongan Medan Pratama 112 di Seminari Mertoyudan, dan Rm. Yupi mengatakan bahwa ia melihat proses mereka dari semenjak masa pendidikan mereka, hingga menjadi frater, menjadi diakon, sampai menerima tahbisan menjadi imam. Mereka selalu bertumbuh & berkembang sesuai masa dan jenjang pendidikan mereka, hingga saat ini mereka sama seperti Rm. Yupi menjadi staf di Seminari Mertoyudan Rm. Yupi menjadi saksi perkembangan mereka.

Contoh lain adalah seorang seminaris tahun ke-3 (Medan Madya) yang tidak berani berbicara di depan umum, tidak percaya diri dan malu-malu. Namun, ketika sampai di tahun ke-4 (Medan Utama) kemampuan public speaking nya sudah meningkat, dia sudah percaya diri dan berani tampil di depan umum. Setiap orang selalu berubah sesuai masanya dan setiap orang selalu memiliki peluang untuk berubah, itulah yang disampaikan Rm. Yupi,Pr.

Rm. Yupi juga memberikan solusi bagi seminaris masa kini yang ingin memiliki hidup seimbang antara prestasi akademis & kehidupan sosial yaitu dengan hidup bermakna. Bahwa yang berkembang bukan hanya prestasi akademik, tapi dalam segala dimensi hidupnya harus berkembang. Untuk itulah rumah formatio ini hadir, memberikan habitus untuk refleksi, latihan kesadaran dan hidup berkomunitas. Hidup berkomunitas yang dimaksud adalah saling melayani dalam tugas kebidelan dan tugas-tugas yang lain. Contohnya adalah jika suatu angkatan sedang memiliki konflik, maka mereka harus bisa berefleksi lagi agar menjadi lebih baik lagi.

Hal ini tentu selaras dengan yang saya katakan, bahwa sebagai seorang remaja di masa kini, seminaris juga perlu memiliki keseimbangan dalam hidupnya. Keseimbangan menjadi hal yang penting, karena di Seminari Mertoyudan ini para seminaris diajak & diajarkan untuk menjadi pribadi yang utuh dalam menghidupi visi SMA Seminari Mertoyudan, yaitu 3S (Sanctitas, Sanitas, Scientia). Dimana seminaris diajak menghidupi diri secara seimbang dengan memenuhi target visi 3S.

 Karena banyak anak di masa kini yang memiliki begitu banyak prestasi, namun kurang dalam kehidupan sosial. Mereka tidak tahu caranya beradaptasi di tempat baru, tidak tahu cara memulai pembicaraan dengan orang baru. Pentingnya untuk menyadari bahwa prestasi akademis dan kehidupan sosial itu perlu seimbang sangat baik jika mulai ditanamkan sejak masa remaja. Karena sejak remaja mereka sudah diajarkan untuk menyadari pentingnya hidup seimbang bahwa itu nanti akan berguna di masa depan, bukan hanya prestasi akademis dan kemampuan intelektual saja. Melainkan juga kemampuan sosial tidak kalah penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun