Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbu dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah pebuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Oleh karna itu, jika seseorang melakukan suatu perbuatan, tetapi bukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan, perbuatan itu bukanlah akhlak dari orang yang bersangkutan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT, kemudian di beri kelengkapan hidup berupa akal dan nurani. Dengan akal, manusia di harapkan dapat berpikir. Dengan nurani, manusia diharapkan dapat meresapi dan memberi makna. Deangan memadukan akal dan nurani manusia diharapkan memiliki kearifan sehingga perbuatannya mencerminkan kebebasan, pilihan, dan tanggung jawabnya sebagai manusia yang bermanfaat.Â
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau seang bersandiwara. Perbuata akhlak adalh perbuatan nyata dalam kehidupan sosial. Untuk membedakan apakah prbuatan seseorang itu sesungguhnya atau sedang bersandiwara dengan topeng-topeng kehidupan, diperlukan pengamatan dengan saksama dan terus-menerus tentang perilaku seseorang atau sekelompok orang.Â
Perbuatan akhlak, khususnya akhlak yang terpuji, adalah perbuatan yang di lakukan atas dasar keimanan dan ibadah atau pengabdian [11] Kepada allah dengan penuh keikhlsan semta-mata karna mengharap keridhaan atau kerelaan-NYA di dunia maupun di akhirat.Â
Â
E. Sumber, Sifat dan Tujuan Akhlak
Â
Sumber akhlak adalah Al-Qur’an, Sunnah nabi Muhammad, akal sehat, dan nurani. Karena akhlak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran islam yang sumber utamanya adalah Al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad S.A.W.Â
Kedua sumber utama tersebut dipahami oleh para ulama salaf saleh, yakni ulama terdahulu yang saleh, secara mendalam dengan akal sehat (al- ‘aql alsalim) dan nurani bersih (al-qalb al-salim) sehingga menghasilkan pemikiran tentang akhlak yang tercerahkan. 12
Nilai-nilai akhlak Islam bersifat tetap, universal, kokoh, dan realistis.
Sementara itu, akhlak Islam bersifat realistis karena nilai-nilai akhlak Islam tidak utopis, tetapi bersifat  praktis, terperinci, dan penerapan sehingga mudah diaplikasikan dalam hidup dan kehidupan ini kapanpun dan dimanapun.[12]
 Menurut Al-Farabi, menjelaskan bahwa akhlak bertujuan untuk mmperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.