Pendekatan Ekonomi Politik Terhadap Film "Squid Game"
Di tengah pandemi COVID-19 seperti ini, ada banyak perubahan yang terjadi, antara pola hidup dan pola pikir manusia sebagai makhluk sosial yang harus berkomunikasi dan harus beraktivitas pada umumnya, harus dibatasi dengan tujuan mengurangi angka penyebaran COVID saat ini.Â
Internet menjadi hiburan terbesar dalam menghadapi pandemi. Begitu banyak hiburan yang dapat diakses dari internet, salah satu nya yaitu menonton film. Banyak penyedia jasa layanan streaming secara daring (online), yang menyediakan berbagai hiburan seperti film dan serial drama. Salah satu contohnya yaitu serial drama korea, yang saat ini sedang ramai di perbincangkan beberapa bulan terakhir, yang bertajuk "Squid Game".Â
Serial tersebut digadangkan menjadi serial terlaris di salah satu aplikasi layanan streaming, selama tahun 2021 ini dengan tercatat 111 juta akun yang menonton. Karena dengan alur ceritanya yang plot twist dan unik dengan segala polemik kehidupan di dunia nyata, yang sedang krisis ekonomi, menjadikan serial ini fenomenal hingga ke beberapa negara.Â
Squid Game sendiri merupakan drama korea yang baru di rilis pada tanggal 17 pertengahan bulan september 2021 yang terdiri dari 9 episode. Serial Korea Selatan ini  yang berjudul 'Squid Game' jadi salah satu tontonan yang paling banyak dibicarakan belakangan ini. Dari judulnya saja, pasti sudah tidak heran jika serial ini akan berhubungan dengan permainan.Â
Squid Game mengisahkan kumpulan orang-orang yang memiliki masalah ekonomi seperti terlilit hutang, orang-orang yang gagal dalam pekerjaan hingga keadaan ekonomi yang buruk. Mereka menyetujui mengikuti sebuah permainan dan dikumpulkan pada suatu tempat untuk mengikuti permainan-permainan.Â
Dalam pertarungan ini setiap peserta harus berhasil melewati 7 permainan agar dapat menjadi pemenang dan membawa pulang uangnya. Pada setiap permainan yang mereka mainkan, setiap orang harus memenangkan permainan itu untuk menjadi pemenang akhir dengan total hadiah uang 45,6 miliar won atau sekitar Rp. 575 Miliar yang setiap orang mempertaruhkan 100 juta won.Â
Bagi yang kalah dalam permainan, bukan hanya tidak mendapatkan hadiah, namun mereka juga diakhiri hidupnya saat itu juga oleh penguasa yang bertopeng (Front Man) menakutkan dan uang yang mewakili dirinya akan bertambah dalam celengan besar untuk hadiah akhir pemenang. Jadi, semakin banyak korban jiwa maka celengan besar itu semakin terisi penuh.Â
Pada mula nya permainan tersebut diawali dengan permainan yang bernama Ddakji. Ddakji adalah permainan tradisional Korea yang menggunakan media kertas. Pada awalnya seluruh peserta dan sales bergiliran menggunakan potongan kertas yang dilipat untuk memukul kertas satu sama lain, dan yang pertama membuat kertasnya terbalik, ia yang akan menang.Â
Tidak ada resiko yang terlalu membahayakan dalam permainan ini selain secara fisik dipermalukan di depan umum. Setelah permainan ini selesai, maka seluruh peserta diberikan kartu telepon jika tertarik mengikuti Squid Game. Permainan ini menjadi awalan seluruh peserta diajak agar tertarik untuk lanjut ke permainan selanjutnya.Â
Jumlah dari seluruh peserta yang tertarik ajakan dari sales tersebut untuk mengikuti permainan itu ada 456 orang. Lalu 456 orang tersebut dikumpulkan di suatu tempat tanpa alat komunikasi. Untuk permainan selanjutnya, yang bernama 'Lampu Merah Lampu Hijau'. Mulai dari permainan tersebut, seluruh peserta memiliki ancaman, dengan resiko akan tereliminasi jika gagal melewati permainan ini. Bentuk eliminasi yang dimaksud yaitu, seluruh peserta akan ditembak mati oleh petugas permainan.