Tua Yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)" sukses digelar di SLB Bimantara Ngantang pada 30 November 2024 mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai. Sosialisasi ini diikuti oleh 13 wali murid SLB Bimantara Ngantang. Acara ini bertujuan membantu orang tua menerima kondisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) , serta memberikan penjelasan mengenai bagaimana memahami Anak Berkebutuhan Khusus.
Program pengabdian masyarakat dalam kegiatan Magang Mandiri MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dilakukan dengan mengadakan sosialisasi tentang "Penerimaan OrangKegiatan sosialisasi ini dilaksanakan oleh mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang (UM)  dan diakhiri oleh sesi sharing antara orang tua / peserta  dan mahasiswa. pada sosialisasi ini menjelaskan materi tentang penerimaan orang tua dan ciri khusus pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Materi yang dipaparkan ini menjelaskan bagaimana sikap orang tua yang agar menerima memiliki Anak Berkebutuhan Khusus, disini juga kamu menjelaskan bagaimana fase emosional orang tua , Dukungan Sosial , Pendidikan & Informasi , Persepsi orang tua dan lingkungan , perubahan dalam harapan , dan pengalaman pribadi.
Berdasarkan data terbaru Di Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) terus diperkirakan meningkat, namun data yang akurat dan terbaru masih terbatas. Berdasarkan beberapa penelitian dan data yang ada, berikut adalah estimasi jumlah anak dengan berbagai jenis kebutuhan khusus di Indonesia:
1. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Angka prevalensi global: Secara global, prevalensi anak dengan disabilitas diperkirakan sekitar 15% dari populasi anak. Jika angka ini diterapkan pada Indonesia, yang memiliki lebih dari 70 juta anak (berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2023), maka sekitar 10,5 juta anak di Indonesia berpotensi memiliki berbagai bentuk kebutuhan khusus, termasuk fisik, intelektual, atau gangguan perkembangan seperti autisme.
Autisme: Untuk gangguan spektrum autisme (GSA), prevalensinya di Indonesia diperkirakan sekitar 1-2% dari jumlah total populasi anak. Artinya, sekitar 700.000 hingga 1,4 juta anak di Indonesia kemungkinan terdiagnosis dengan autisme, meskipun angka ini bisa bervariasi tergantung pada wilayah dan kebijakan pemeriksaan.
2. Jenis Kebutuhan Khusus yang Umum Ditemui
Autisme: Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah salah satu kondisi perkembangan yang paling umum ditemukan. Angka prevalensinya meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi dan kemajuan dalam deteksi dini.
Disabilitas Fisik dan Sensorik: Ini termasuk keterbatasan dalam gerakan tubuh, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan gangguan motorik lainnya. Penyandang disabilitas fisik atau sensorik juga jumlahnya signifikan, meskipun data pasti lebih sulit didapatkan.
Disabilitas Intelektual: Anak dengan gangguan perkembangan intelektual, yang memiliki keterlambatan dalam kemampuan kognitif, juga merupakan kelompok yang cukup besar. Berdasarkan data global, sekitar 1-3% anak dapat memiliki disabilitas intelektual.
3. Data Pemerintah dan Lembaga
Survei dan Sensus: Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021, sekitar 2,45 juta anak di Indonesia mengalami berbagai bentuk disabilitas. Jumlah ini mencakup disabilitas fisik, intelektual, sensorik, dan gangguan perkembangan lainnya. Namun, data ini mencerminkan angka yang lebih rendah dibandingkan estimasi global, kemungkinan karena kurangnya diagnosis atau kesulitan dalam deteksi di daerah-daerah terpencil.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga melaporkan bahwa lebih dari 1 juta anak dengan kebutuhan khusus terdaftar di sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan inklusif di Indonesia, meskipun ini mencakup sebagian kecil dari total ABK di negara ini.
4. Tantangan dalam Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat tentang jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih terhambat oleh beberapa faktor, seperti:
Kurangnya Deteksi Dini: Di banyak daerah, terutama di wilayah pedesaan, anak-anak dengan kebutuhan khusus belum didiagnosis dengan baik karena kurangnya tenaga medis terlatih atau fasilitas untuk deteksi dini.
Stigma Sosial: Masih ada stigma yang terkait dengan disabilitas di Indonesia, yang kadang membuat orang tua enggan melaporkan atau mencari bantuan untuk anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus.
Penyebaran Layanan yang Tidak Merata: Layanan untuk ABK masih terbatas dan tidak merata di seluruh wilayah Indonesia, dengan konsentrasi lebih banyak di kota-kota besar.
Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia diperkirakan cukup besar, dengan estimasi sekitar 10 juta anak yang memiliki berbagai jenis kebutuhan khusus, termasuk gangguan perkembangan seperti autisme, disabilitas fisik dan sensorik, serta disabilitas intelektual. Data yang lebih akurat dan upaya peningkatan deteksi serta layanan kesehatan dan pendidikan untuk ABK sangat penting untuk mendukung mereka dalam mencapai potensi maksimal.
Edukasi mengenai anak berkebutuhan khusus sangat penting bagi orang tua, karena memberi mereka pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan anak secara optimal. Dengan edukasi yang tepat, orang tua dapat mengurangi stigma, mengelola tantangan pengasuhan dengan lebih baik, dan memberikan anak-anak mereka kesempatan untuk berkembang dengan lebih baik dalam lingkungan yang inklusif dan mendukung. Edukasi ini juga membuka akses ke layanan yang dibutuhkan serta memberdayakan orang tua untuk menjadi advokat terbaik bagi anak mereka.
Dengan adanya sosialisasi ini , para orang tua diharapkan untuk menerapkan ilmu yang didapat untuk menciptakan keluarga dan lingkungan yang lebih nyaman dan mampu menerima keadaan anak sepenuhnya tanpa menjelekan ataupun malu mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
" Penerimaan ini adalah perjalanan yang terus berlangsung, dan banyak orang tua menemukan cara untuk merayakan ke unikan anak mereka seiring berjalannya waktu. Anak adalah anugerah bukan suatu musibah bagi keluarga terpilih."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H