Sistem zonasi ini juga membuat sekolah tidak lagi dapat menerima siswa dengan jumlah melebihi kapasitas, sehingga kelas dapat kondusif dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif dan optimal. Jika kelas kelebihan kapasitas, maka kegiatan belajar mengajar (KBM) juga akan terganggu karena penyampaian materi yang kurang maksimal. Kelas yang cukup juga membuat guru dapat optimal dalam mengawasi siswa siswi nya dan mampu melihat perkembangan muridnya.
Sistem zonasi ini membuat semua sekolah dianggap sama rata, artinya siapapun harus mendapat pendidikan dengan porsi yang sama dan baik. Dengan begitu, pemerintah dapat mengetahui jumlah dan porsi yang dibutuhkan suatu sekolah, sehingga pemerataan fasilitas juga ikut terjadi. Penerapan sistem zonasi ini bukan hanya berimbas untuk siswa saja melainkan juga untuk guru yaitu terjadinya pertukaran guru yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan setiap sekolah.
Menghilangkan juga stigma jual beli bangku di beberapa sekolah unggulan. Dengan sistem ini maka tidak ada lagi yang dapat membeli bangku dikarenakan semua berdasarkan sistem karena terhubung dengan data pribadi dan alamat pribadi.
Dengan sistem zonasi ini mengurangi adanya gesekan dan kompetisi dengan sesama siswa karena sekolah difokuskan hanya untuk belajar. Dengan zonasi, siswa dapat fokus pada sekolah yang berada di zona sekitar rumah masing-masing. Oleh karena itu, sistem zonasi sebenarnya berdampak baik tetapi masih butuh beberapa evaluasi untuk terus mengembangkan dan mengefektifkan penggunaan sistem ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H