Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah dasar karena bertujuan membentuk karakter dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Cara guru mengajar atau metode pembelajaran menjadi salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan metode pembelajaran memiliki dampak besar pada seberapa baik siswa akan memahami materi yang diajarkan atau tidak.
Saat ini, metode pembelajaran yang masih banyak digunakan dalam praktik pendidikan adalah metode atau pendekatan pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran konvesional atau yang biasa disebut metode pembelajaran tradisional ini merupakan metode pembelajaran yang lebih mengutamakan pada penyampaian materi dengan metode ceramah, di mana metode ini lebih berpusat pada guru dibandingkan siswa.
Metode pembelajaran konvensional ini dapat mengefesiensi waktu, karena memungkinkan penyampaian informasi dalam waktu singkat, selain itu guru dapat memastikan bahwa semua materi disampaikan pada siswa. Tetapi, meskipun metode pembelajaran konvensional ini memiliki kelebihan, banyak yang mengkritik terhadap keefektifannya. Berikut beberapa kekurangan metode pembelajaran konvensional:
1. Berpusat pada guru, dan siswa lebih banyak mendengarkan, sehingga jika penyampaian materi tidak dikemas dengan baik dan menarik, siswa akan lebih cepat bosan dan kehilangan minat.
2. Tidak kontekstual atau tidak mengaitkan dengan keadaan nyata, sehingga siswa lebih sulit memahami materi yang disampaikan dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.
3. Kurang mengembangkan keterampilan, seperti keterampilan berpikir kritis, kerjasama, kolaborasi, pemecahan masalah, dan lainnya. Hal ini dikarenakan tugas yang diberikan dalam metode pembelajaran konvensional biasanya merupakan tugas individu atau mengerjakan tugas-tugas latihan dari buku teks, tidak seperti metode pembelajaran lainnya yang lebih menekankan pada tugas proyek kelompok ataupun pemecahan masalah yang dapat mengasah keterampilan-keterampilan siswa.
4. Kurang berinteraksi dengan siswa lain, di mana tugas dalam metode konvensional ini lebih sering diberikan secara individu, bukan kelompok, sehingga siswa kurang berinteraksi satu sama lain.
5. Kurangnya aplikasi praktis, di mana metode pembelajaran konvensional ini lebih menekankan pada teori dari pada aplikasi praktis, sehingga membuat siswa kurang siap dalam menghadapi masalah nyata.
6. Kurang mengakomodasi perbedaan individu, di mana metode ini seragam dan kurang memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Hal ini dapat membuat siswa dengan gaya belajar yang berbeda mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
7. Kurang memanfaatkan teknologi yang dapat memperkaya proses pembelajaran. Padahal dengan memanfaatkan teknologi, sumber belajar dapat lebih banyak diakses, selain itu pembelajaran menjadi tidak membosankan.
8. Penilaian biasanya dilakukan melalui tes atau ujian akhir yang hanya mengukur penguasaan materi dibandingkan bagaimana siswa mencapai pemahaman tersebut, sehingga akan menyebabkan siswa lebih berfokus pada nilai akhir tanpa memahami konsep dasar dari materi yang diajarkan. Akibatnya, siswa mungkin lebih banyak hanya menghafal materi tanpa benar-benar memahami atau dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Kekurangan-kekurangan tersebut dapat berdampak negatif pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, seperti siswa akan kurang paham dengan nilai-nilai kewarganegaraan yang diajarkan juga kurangnya kesadaran terhadap nilai nilai tersebut. Hal ini dapat berujung pada kurangnya partisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan politik, juga lemahnya keterampilan berpikir kritis, analitis, maupun berinteraksi sosial. Selain itu, motivasi belajar juga dapat menurun, sehingga prestasi akademik dan kemampuan hidup akan menurun.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, juga dikarenakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan tapi harus menekankan pada implementasi dan penerapan karakter atau nilai-nilai yang diajarkan, maka perlu dilakukan perubahan strategis dalam metode pembelajaran.
Solusi pertama, dengan menggunakan metode pembelajaran aktif, seperti diskusi, siswa melakukan presentasi, ataupun dengan game agar siswa tidak bosan. Kedua, dengan mengintegrasikan teknologi, sehingga siswa mendapat lebih banyak sumber materi juga dapat mengembangkan kreativitas mereka. Ketiga, Pembelajaran yang berbasis proyek, strategi ini dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa seperti, berpikir analitis, kritis, kreativitas, kolaborasi, kerja sama, dan lainnya. Keempat, dengan pembelajaran kooperatif, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan kerja sama, pemecahan masalah, maupun komunikasi. Terakhir, dengan mengembangkan kurikulum yang relevan dan fleksibel. Seperti kurikulum merdeka, di mana kurikulum merdeka ini metode dan kontennya disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kurikulum ini berbasis kompetensi, kontekstual , dan sumber belajar yang diversifikasi.
Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting karena bertujuan membentuk karakter dan kesadaran berbangsa dan bernegara sehingga PKN ini memerlukan pendekatan yang strategis untuk membentuk warga negara yang cerdas, aktif dan bertanggung jawab. Sedangkan PKN memiiliki beberapa kekurangan dalam mengembangkan kemampuan siswa. Oleh karena itu diperlukan perubahan dan strategi dalam pembelajaran.
Sumber
Kemendikbudristek. (2022). Kurikulum Merdeka.
UNESCO. (2020). Pedagogy and Learning.
OECD. (2019). Future of Education and Skills.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H