Kekurangan-kekurangan tersebut dapat berdampak negatif pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, seperti siswa akan kurang paham dengan nilai-nilai kewarganegaraan yang diajarkan juga kurangnya kesadaran terhadap nilai nilai tersebut. Hal ini dapat berujung pada kurangnya partisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan politik, juga lemahnya keterampilan berpikir kritis, analitis, maupun berinteraksi sosial. Selain itu, motivasi belajar juga dapat menurun, sehingga prestasi akademik dan kemampuan hidup akan menurun.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, juga dikarenakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan tapi harus menekankan pada implementasi dan penerapan karakter atau nilai-nilai yang diajarkan, maka perlu dilakukan perubahan strategis dalam metode pembelajaran.
Solusi pertama, dengan menggunakan metode pembelajaran aktif, seperti diskusi, siswa melakukan presentasi, ataupun dengan game agar siswa tidak bosan. Kedua, dengan mengintegrasikan teknologi, sehingga siswa mendapat lebih banyak sumber materi juga dapat mengembangkan kreativitas mereka. Ketiga, Pembelajaran yang berbasis proyek, strategi ini dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa seperti, berpikir analitis, kritis, kreativitas, kolaborasi, kerja sama, dan lainnya. Keempat, dengan pembelajaran kooperatif, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan kerja sama, pemecahan masalah, maupun komunikasi. Terakhir, dengan mengembangkan kurikulum yang relevan dan fleksibel. Seperti kurikulum merdeka, di mana kurikulum merdeka ini metode dan kontennya disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kurikulum ini berbasis kompetensi, kontekstual , dan sumber belajar yang diversifikasi.
Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting karena bertujuan membentuk karakter dan kesadaran berbangsa dan bernegara sehingga PKN ini memerlukan pendekatan yang strategis untuk membentuk warga negara yang cerdas, aktif dan bertanggung jawab. Sedangkan PKN memiiliki beberapa kekurangan dalam mengembangkan kemampuan siswa. Oleh karena itu diperlukan perubahan dan strategi dalam pembelajaran.
Sumber
Kemendikbudristek. (2022). Kurikulum Merdeka.
UNESCO. (2020). Pedagogy and Learning.
OECD. (2019). Future of Education and Skills.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H