Mohon tunggu...
salwaarditiya
salwaarditiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Sebagai mahasiswa Administrasi Publik, saya memiliki ketertarikan mendalam terhadap topik-topik sosial dan gaya hidup. Minat ini mendorong saya untuk berpikir kritis dan menuangkan pandangan saya melalui artikel opini. Menulis menjadi cara saya untuk berbagi perspektif, menginspirasi, dan menciptakan diskusi yang konstruktif mengenai isu-isu yang relevan dengan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Efektivitas BLT Dalam Mengurangi Kemiskinan ; Perspektif SDGs & Kebijakan Energi

1 Januari 2025   11:02 Diperbarui: 1 Januari 2025   11:02 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Warga saat mencairkan dana Bantuan Langsung Tunai (Sumber : www.Jawapos.com)

Pemerintah pusat perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah terkait pendataan masyarakat yang membutuhkan subsidi BBM. Data harus akurat agar pemberian subsidi BBM maupun BLT tersalurkan dengan baik dan dapat efisien dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. 

Ketidakadilan dalam pembagian subsidi BBM terjadi karena bantuan tidak tepat sasaran, sehingga masyarakat miskin dan rentan tidak menerima bantuan yang memadai. 

Menurut Andhyta Fireslly Utami, CEO Think Policy, pemerintah harus mengubah kebijakan subsidi karena data yang salah pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) membuat penerima bantuan tidak sah. Masalah ini juga disebabkan oleh kurangnya koordinasi antarinstansi dan pengawasan yang lemah, yang memungkinkan penyalahgunaan dan penyelewengan BBM bersubsidi. 

Selain itu, ketidakseimbangan pasokan bahan baka minyak antarwilayah sering dimanfaatkan oleh individu yang tidak bertanggung jawab untuk menimbun dan menjual kembali bahan bakar minyak dengan harga yang lebih tinggi, sehingga mengurangi ketersediaan bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkannya. 

Pemerintah Indonesia harus mengurangi anggaran karena kenaikan harga energi global yang signifikan.

Pemerintah berpikir bahwa subsidi BBM yang tidak tepat sasaran dapat meningkatkan defisit anggaran, jadi mereka berencana untuk mengubah subsidi BBM menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT) secara campuran, dengan sebagian subsidi tetap ada dan sebagian dialihkan ke bantuan uang. Untuk menghindari kerugian bagi perusahaan dan memastikan pengendalian sumber daya oleh negara, Agus Cahyono Adi, Kepala Biro Kementerian ESDM, menekankan bahwa semua barang, termasuk BBM, harus ada yang membayarnya. 

Karena biaya hidup tidak meningkat seiring dengan pendapatan, kenaikan harga barang dan jasa mengurangi daya beli masyarakat. Banyak orang terjebak dalam utang konsumtif seperti kartu kredit dan pinjaman online karena rendahnya upah minimum dan ketimpangan pendapatan. Akibatnya, alokasi untuk kebutuhan sehari-hari dikurangi oleh beban cicilan, sementara ketidakmerataan pembangunan antara kota dan desa semakin memburuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun