"Toko bukunya pindah ke rumah kamu, ya?" tanya W tersenyum, "Andai buku-bukunya pindah ke komunitas, adik-adik pasti senang!" kata W meledek.
"Apaan? Nggak mungkin..., bukunya tidak sesuai dengan komunitas! Aku malah suka baca buku yang ada di perpustakaan komunitas, seru-seru dan menarik!" sahut A serius.
"Hmmm..." gumam W manggut-manggut mengerti.
Yah, ternyata buku bacaan juga mempengaruhi. Setiap anak mempunyai minat pada jenis buku bacaannya masing-masing.
W pada awalnya, sudah disuguhi oleh ibunya buku-buku bacaan bergambar. Semua buku harus ada ilustrasi menariknya. Kebetulan W juga sangat menyukai menggambar. Dia menikmati setiap buku, dengan ilustrasi bagus.Â
Dia sering memburu buku gratis dengan hobi melukisnya, atau bahkan dengan hobi menulisnya. Mengikuti lomba, yang berhadiah uang, dia akan menyisihkan sebagian untuk membeli buku incarannya.
Sedangkan A, dia tak pernah ditanya oleh orang tuanya, jenis buku kesukaannya. Orangtuanya membeli buku, yang menurut mereka bagus.
W dan A berasal dari latar belakang keluarga, dengan ekonomi yang sangat jauh levelnya. W dari kalangan bawah. Dia terbiasa berusaha untuk mendapatkan keinginannya. Sedangkan A, berasal dari keluarga kalangan atas, yang dimudahkan mendapatkan apapun.
Dari hal mental, W memang sudah terbiasa mandiri. Dia juga melihat contoh langsung dari sang ibu, yang sangat memanjakan anak-anaknya, dengan kegiatan literasi di kehidupan sehari-hari.
Setiap akan berangkat tidur, sang ibu pasti membacakan buku. W selalu melihat ibunya membaca buku, dan mengajak berkegiatan literasi setiap akhir pekan.
Contoh dan kebiasaan ibunya menjadi akar yang kuat bagi W. Pengalaman yang dia dapatkan adalah pengalaman yang manis, sehingga membuatnya ingin merasakan itu, atau bahkan menularkan pada anak-anak sekitarnya.