"Bu, kenapa dengan Kay?" tanyanya langsung di telpon.
"Kay didorong hingga berdarah, Ni!" sahut Nek Tari di seberang sana dengan panik, "sekarang sedang ditangani dokter!" ujar Nek Tari sambil terisak.
"Yaudah, Ani segera pulang!" kata Ani cepat.
"An, ada apa?" tanya Pak Gede, atasan Ani.
"Kay masuk UGD, Pak!" sahut Ani sambil mengusap airmata nya yang sudah membasahi pipi.
"Kamu urus Kay dulu ya, meetingnya nanti biar saya lanjutkan!" sahut Pak Gede pengertian.
Ani melajukan motor dengan cepat, membelah kesibukan lalu lintas kota Jakarta. Di pikirannya ingin segera sampai di UGD, dan melihat keadaan Kay.
Sampai di rumah sakit, Ani gegas ke ruang UGD, dan langsung memeluk Kay.
Kay hanya menangis tanpa suara seperti biasanya. Ditanyapun dia hanya diam. Ani menemui dokter yang merawat.
Dua gigi Kay patah akibat perundungan yang dialami. Sejak itu, Ani memutuskan untuk berhenti bekerja, dan fokus mengasuh Kay, yang didiagnosa speech delay.
Kay sangat bahagia sekali. Sang ibu mulai mendampinginya setiap hari. Bahkan sang ibu mulai mendongeng, dan juga membacakan nyaring buku-buku cerita anak. Pada usia enam tahun, kosa kata Kay bertambah dengan pesat.