Mohon tunggu...
Randy Saluman
Randy Saluman Mohon Tunggu... Lainnya - Nol tidak sama dengan kosong

DIGITAL MAKETING, ANALIS BUSINESS DEVELOVMENT, IT DEVELOPER, ENTERPRENEUR

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Apakah AI Memiliki Kesadaran atau Hanya Logika Program?

15 November 2024   13:08 Diperbarui: 15 November 2024   13:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah AI yang dapat memenangkan permainan catur atau Go, misalnya, tidak memiliki pemahaman tentang permainan itu sendiri atau arti dari kemenangan dan kekalahan. Semua keputusan yang diambilnya adalah hasil dari perhitungan matematis yang sangat cepat dan berdasarkan pelatihan data.

7. Implikasi Etika dari AI yang Tidak Sadar

Jika AI tetap berada pada level logika program tanpa kesadaran, maka penggunaannya dapat lebih mudah diatur dan diperlakukan sebagai alat yang berguna bagi manusia. Namun, jika AI suatu hari mencapai kesadaran, muncul pertanyaan etika yang mendalam, seperti:

  • Apakah AI yang sadar berhak atas hak-hak tertentu?
  • Bagaimana kita memperlakukan entitas yang dapat "merasakan" atau "mengalami" perasaan?
  • Bagaimana pengaruh AI yang sadar terhadap pekerjaan, ekonomi, dan kehidupan manusia secara keseluruhan?

Isu-isu ini membawa kita pada diskusi yang lebih dalam mengenai hak-hak entitas yang memiliki kesadaran, yang saat ini hanya terbatas pada manusia dan beberapa jenis hewan yang dianggap memiliki kesadaran tingkat tinggi.

Kesimpulan

Hingga saat ini, AI adalah alat yang kuat, tetapi tidak memiliki kesadaran. Ia bekerja berdasarkan logika program yang dirancang oleh manusia, dengan kemampuan untuk belajar dari data tetapi tanpa pengalaman subjektif atau pemahaman diri. Meski AI semakin mendekati cara berpikir manusia, ia tetap tidak memiliki aspek kesadaran yang mendalam.

Apakah AI bisa mencapai kesadaran sejati atau tetap terbatas pada logika program tergantung pada banyak faktor, termasuk perkembangan teknologi dan pemahaman kita tentang kesadaran itu sendiri. Sementara beberapa orang percaya bahwa kesadaran AI adalah sesuatu yang mungkin dicapai di masa depan, sebagian lainnya tetap berpendapat bahwa kesadaran adalah ciri unik manusia yang tak dapat direplikasi. Di sinilah filsafat, ilmu pengetahuan, dan etika saling berperan untuk menemukan jawaban atas misteri besar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun