2. Pemahaman tentang Sumber Informasi
Pemuda harus dididik tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum mempercayainya atau menyebarkannya. Mereka juga harus belajar tentang sumber berita yang terpercaya dan cara memverifikasi kebenaran informasi. Hal ini mencakup memahami betapa pentingnya melihat keanekaragaman sumber informasi dan membandingkan perspektif yang berbeda sebelum membuat kesimpulan. Selain mengajarkan  untuk mencari tanda "verifikasi" di platform media sosial, mereka juga harus belajar tentang etika berbagi informasi dan bagaimana hal itu berdampak pada orang lain.
3. Kritis dalam Berpikir
Pemuda harus dididik untuk berpikir kritis tentang hal-hal yang mereka temui di media sosial. Ini termasuk mempertanyakan apa yang mereka lihat, seperti konteksnya, bukti yang mendukungnya, dan alasan di balik informasi. Mereka harus dilatih untuk tidak tergesa-gesa membuat kesimpulan berdasarkan judul yang menarik atau grafik yang provokatif sebaliknya, mereka harus melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan bahwa informasi itu benar. Selain itu, berpikir kritis juga berarti mengetahui tentang bias yang mungkin ada dalam informasi yang mereka konsumsi serta bagaimana bias ini dapat memengaruhi cara mereka melihat suatu topik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemuda harus cerdas dalam memilah informasi, membedakan antara kebenaran dan hoax. Mereka juga harus menjadi yang terdepan dalam memerangi hoax, memerangi hate speech, dan menganjurkan diskusi yang cerdas tapi santun di media sosial. Pemuda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam memerangi hoax dan ujaran pelecehan jika mereka mahir membaca dan memahami media. Pemuda dapat berkontribusi secara proaktif dalam menyebarkan informasi yang akurat, memeriksa kebenaran berita sebelum menyebarkannya, dan memberikan tanggapan yang bijaksana terhadap berita palsu atau hate speech yang mereka temui. Dengan partisipasi aktif ini, mereka dapat membantu membangun lingkungan media sosial yang lebih sehat, beretika, dan berwawasan di mana diskusi konstruktif dan bermanfaat dapat berkembang.Â
RefrensiÂ
Prasetyo, B., & Nugroho, D. S. (2020). "Kajian Terhadap Konten Negatif di Media Sosial dan Dampaknya Terhadap Sikap Remaja." Jurnal Studi Sosial dan Politik, 4(1), 33-46.
Suprayitno, A., & Handoko, D. (2019). "Media Sosial, Hoax, dan Problem Sosial pada Remaja." Jurnal Penelitian Humaniora, 20(2), 124-135.
Wibowo, A., & Pratama, A. (2018). "Hoax di Media Sosial sebagai Ancaman Generasi Milenial dalam Berinteraksi di Ruang Publik." Jurnal Komunikasi, 10(2), 123-134.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H