Mohon tunggu...
Salsa Oktavia
Salsa Oktavia Mohon Tunggu... Freelancer - hello

Communication, Ciputra University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kaitan Budaya K-Pop dengan Subculture dan Popular Culture

6 Januari 2022   21:06 Diperbarui: 6 Januari 2022   21:24 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesatnya teknologi dan informasi dijaman sekarang, serta mudahnya akses untuk mencari tau tentu memudahkan kita mengetahui berbagai macam fenomena yang ada di negara lain, contohnya seperti budaya Kpop

Kita semua tentu sudah tidak asing dengan istilah Kpop, namun apakah arti Kpop itu sendiri ? Kpop adalah jenis music popular berasal dari Korea Selatan, Kpop dan Kdrama merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari budaya Kpop itu sendiri.

Penggemar pun budaya Kpop sekarang sudah menyebar keseluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia sendiri, contoh dari budaya Kpop yang memiliki penggemar terbanyak dimasanya adalah Super Junior, EXO dan BTS (Boy group) lalu ada Girls Generation, F(x), dan Blackpink (Girl group), lalu dari Kdrama ada beberapa Kdrama yang trending dan memiliki penonton terbanyak beberapa diantaranya adalah Boys Before Flowers, Winter Sonata, Full House, Crash Landing on You, dan Squid Game.

Fenomena Kpop ini juga disebut dengan Budaya popular dan budaya ini sudah menjamur di Indonesia, lalu apakah Budaya Popular itu sendiri ? Budaya Popular adalah budaya yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat dan dinikmati banyak orang. Dan fenomena Kpop ini sudah mencakup 5 ciri-ciri budaya popular. Budaya populer menurut Storey (2008:49) memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut sesuai dengan perkembangannya di Indonesia:

1. Trend, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi lebih besar untuk diangkat menjadi budaya popular. Contoh  Kdrama pertama yang booming dan disukai oleh masyarakat di Indonesia adalah Winter Sonata (2002), lalu beberapa tahun kemudian disusul oleh Full House (2004). 

2. Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi trend akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama. Contoh, Boyband group Korea yang booming di Indonesia adalah Super Junior (2009) dan Girlband group Korea adalah Girls Generation (2011), 2 Idol Group ini tidak hanya menjadi pioneer munculnya idol group di Korea Selatan saja, namun juga di Indonesia. Di Indonesia kita tentu tau SMASH, Cherrybelle, 7Icons dll, itu tentu saja terinspirasi dari dari idol group Korea Selatan yang saat itu trend di Indonesia, bahkan  lagu Cherrybelle - BBF hampir memiliki nada yang sama dengan lagu Girls Generation – Kissing You.

3. Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada trend. K-pop tentu saja mudah dinikmati, dibuktikan dari awal ketenarannya hingga sekarang semakin banyak orang dari berbagai kalangan yang menjadi penggemar K-pop, bahkan beberapa diantara mereka merubah penampilan mengikuti idola mereka, contohnya mewarnai rambut seperti Jennie Blackpink yang sempat menjadi trend beberapa waktu terakhir ini.

4. Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya. 

Budaya K-pop tetap bertahan dari waktu ke waktu, bahkan di Indonesia sendiri penggemar K-pop semakin naik dan sampai sekarang belum ada yang bisa menggeser budaya K-pop, beberapa alasan K-pop susah digeser/ digantikan adalah karena fans/ penggemar K-pop yang loyal kepada idolanya, mereka selalu membeli apapun yang berhubungan dengan idolanya dan selain itu K-pop juga sering memuculkan artis/ idol group baru untuk menarik para penggemar baru.

5. Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya. 

Profitabilitas bisa dalam bentuk penjualan album para idol group, konser, merchandise dan brand tertentu yang collab dengan idol group tersebut tentunya mengharapkan adanya keuntungan/ profit. 

Contoh yang pernah ada dan tenar adalah McD X BTS, kolaborasi ini sempat trending hingga menyebabkan antri yang sangat panjang. Dari hasil kolaborasi ini McD meraup keuntungan hingga 32 Trilyun, sedangkan BTS mendapatkan 127 Milyar.

Lalu bagaimanakah korelasi antara K-pop dengan subkultur ?  Dalam kehidupan bermasyrakat ada beberapa kelompok-kelompok yang dibentuk karena sebagai bentuk penolakan terhadap struktur yang ada di masyarakat itu sendiri yang tidak cocok bagi mereka atau bagi sebagian orang. 

Dilansir dari Wikipedia, Subkultur adalah sekelompok orang yang memiliki perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka atau bisa disebut minoritas.

Pada awal kemunculan K-pop, para penggemar K-pop dianggap berbeda dengan lainnya, tidak semestinya, dan aneh. Bahkan para penggemar sering diolok-olok dengan pertanyaan “suka kok plastik” “ga bisa bedain mana cowo-cewe”. Karena pada saat itu penggemar K-pop belum sebanyak sekarang, dan kebanyakan masyarakat lebih suka artis barat seperti  (Justin Bieber, Selena Gomez) dibandingkan dari Korea seperti Super Junior, SHINee, SNSD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun