Syirik
Syirik secara bahasa berasal dari kata syirkah atau musyarakah yang artinya bercampurnya dua kepemilikan. Secara istilah syirik ialah mempersekutukan Allah dengan zat lainnya.
Adapun bentuk-bentuk syirik:
- Menyembah patung atau berhala
- Menyembah matahari dan bulan
- Menyembah malaikat dan jin
- Menyembah para nabi dan rasul
- Menyembah rahib atau pendeta
- Menyembah thaguut
- Menyembah hawa nafsu
- Menyembah pohon dan batu
- Menyembah para orang soleh
Inti dari syirik ialah segala bentuk penyekutuan terhadap Allah. Baik dengan cara menyembah berhala, matahari, maupun benda ataupun makhluk lainnya selain Allah. Hal tersebut jelas bertolak belakang dengan penyampaian syahadatain yang menegaskan bahwasannya hanya Allah SWT yang layak disembah. Tidak ada sesuatu pun yang layak disembah selain Allah SWT.
Syirik merupakan salah satu dosa besar yang akan dibalas oleh Allah dengan balasan di dunia dan akhirat. Hal tersebut akan mendatangkan berbagai dampak salah satunya ialah diharamkan surga atasnya. Sesuai dengan firman Allah QS. Al Maidah ayat 72:
"Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka".
Ilhaad
Ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya. Dalam hal ini Imam Al Ashfahani menjabarkan dua makna:
- Pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi kafir.
- Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhidnya. Imam Al Ashfahani juga menyebutkan dua macam ilhaad:
- Mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas disebut sebagai sifat Allah
- Menafsirkan nama-nama Allah dengan makna yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya.
Istilah ilhad dipakai untuk segala perbuatan yang menyimpang dari kebenaran. Jadi setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi secara definitif ia lebih khusus dipakai untuk sikap yang menafikan sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah.
Contohnya ialah mempercayai bahwa Allah itu beranak dan diperanakan. Allah itu tidak abadi dan lemah. Allah tidak mampu untuk melakukan segala hal yang diluar kemampuan akal manusia, dan lain sebagainya.
Nifaaq/Munafiq