Mohon tunggu...
ILMPI WILAYAH IV
ILMPI WILAYAH IV Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia Wilayah Yogyakarta

Managed by Staff Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuan Wilayah IV

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Tapi Sakit! Waspada Gangguan Psikologis Akibat Patah Hati

12 Agustus 2023   19:29 Diperbarui: 12 Agustus 2023   19:37 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita yang mengalami gangguan makan (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-gadis-makan-problem-6957117/)

Pernahkah Anda mengalami perasaan getaran hati saat jatuh cinta, namun kemudian menghadapi kesedihan mendalam saat hubungan tersebut berakhir? Patah hati tidak hanya berdampak pada fisik saja yang bisa sembuh dengan obat-obatan, tetapi juga melibatkan aspek psikologis yang sangat kompleks. Terkadang, kita bisa terjebak dalam perasaan bingung dan hampa, yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental kita.

Dalam perjalanan cinta, banyak dari kita yang pernah merasakan rasa sakit yang sangat mendalam ketika hubungan tidak sesuai harapan. Namun, perlu diketahui bahwa patah hati sebenarnya dapat menjadi pintu masuk menuju berbagai gangguan psikologis yang serius. Rasa sakit dan kehilangan yang mendalam bisa menimbulkan dampak jangka panjang, mengganggu keseimbangan emosi, dan bahkan mengganggu produktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk menggali lebih dalam tentang dampak psikologis dari patah hati yang sering kali diabaikan.

Pandangan Tokoh Psikologi

Seorang psikolog melakukan intervensi terhadap kliennya (https://www.pexels.com/id-id/foto/buku-catatan-kantor-perempuan-tidak-berwajah-7176319/)
Seorang psikolog melakukan intervensi terhadap kliennya (https://www.pexels.com/id-id/foto/buku-catatan-kantor-perempuan-tidak-berwajah-7176319/)

Menurut teori psikologi interpersonal yang dikemukakan oleh Harry Stack Sullivan, hubungan antar pribadi yang positif dan mendukung memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Oleh karena itu, saat hubungan tersebut berakhir atau mengalami masalah, individu mungkin merasa terancam, cemas, atau merasa emosional tidak aman. Patah hati akibat berakhirnya hubungan cinta juga menyebabkan individu menghadapi perasaan kehilangan yang sangat dalam dan seringkali mengalami kesulitan dalam mengatasi perubahan tersebut.

Menurut pandangan Karen Horney, neurosis dapat terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara aspek internal dan eksternal dalam diri seseorang. Sehingga, ketika mengalami patah hati, peristiwa eksternal seperti ini dapat menyebabkan perasaan internal yang kuat dan konflik emosional. Individu mungkin mengalami konflik antara keinginan untuk mempertahankan hubungan dengan pasangan yang telah berakhir dan kebutuhan untuk bergerak maju dan menerima kenyataan. 

Tegangan antara harapan dan realitas ini bisa menyebabkan perasaan cemas, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, dan perasaan tidak berharga. Setelah patah hati, seseorang menggunakan mekanisme pertahanan seperti penyangkalan, penghindaran, atau pemisahan diri dari perasaan emosional sebagai cara untuk menghadapi rasa sakit yang disebabkan oleh patah hati.

Peran Amygdala dalam Proses Emosi

Ilustrasi otak yang terdapat amygdala (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piring-sehat-seni-15410078/)
Ilustrasi otak yang terdapat amygdala (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piring-sehat-seni-15410078/)

Amygdala merupakan bagian dari otak yang memiliki peran penting dalam mengatur emosi, terutama dalam merespons perasaan takut dan stres. Bagian ini juga terlibat dalam memproses emosi yang timbul akibat patah hati. Saat mengalami patah hati, perasaan sedih, kehilangan, dan kekecewaan yang mendalam bisa memicu reaksi emosional yang kuat dalam amygdala. 

Aktivitas amygdala meningkat dan menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang kemudian dapat meningkatkan perasaan gelisah, cemas, atau terancam. Respon amygdala terhadap patah hati juga dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi seseorang terhadap situasi sosial dan hubungan. Jika amygdala terlalu aktif, seseorang mungkin lebih rentan terhadap perasaan cemas atau khawatir tentang kemungkinan patah hati berulang, atau mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial baru.

Namun, meskipun amygdala memiliki peran signifikan dalam mengatur emosi, pikiran rasional dan pemahaman psikologis juga berperan penting dalam cara seseorang menghadapi patah hati. Dalam proses pemulihan, individu dapat mengembangkan strategi koping yang lebih sehat dan memahami perasaan mereka dengan lebih baik melalui dukungan sosial, terapi psikologis, dan perhatian pada kesehatan mental secara keseluruhan. Dengan dukungan dan pemahaman yang tepat, seseorang dapat belajar untuk mengelola emosi mereka dengan lebih efektif dan menghadapi patah hati dengan lebih baik.

Menimbulkan Depresi

Seorang wanita yang sedang depresi (https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-berbaju-putih-di-sudut-2967156/)
Seorang wanita yang sedang depresi (https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-berbaju-putih-di-sudut-2967156/)

Ketika seseorang mengalami perasaan intens dan berlarut-larut seperti kesedihan yang terus menerus, kehilangan minat atau semangat dalam aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan berat badan, gangguan tidur, dan perasaan rendah diri, ini bisa menjadi tanda-tanda depresi. Depresi yang terjadi akibat patah hati dapat dikategorikan sebagai bentuk depresi situasional, yang berbeda dari depresi klinis yang lebih umum. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi seriusnya dampaknya. Depresi situasional seperti ini dapat membuat penderita merasa sangat terpukul dan kesulitan untuk mengatasi perasaan negatif. Dalam beberapa kasus, depresi akibat patah hati juga dapat berlanjut menjadi depresi klinis jika tidak ditangani dengan baik.

Penting bagi individu yang mengalami patah hati dan merasa gejala depresi muncul untuk mencari dukungan profesional. Konseling dan terapi psikologis dapat membantu mereka memahani dan mengatasi perasaan tersebut, mengidentifikasi strategi untuk menghadapi patah hati dengan lebih baik, serta belajar cara mengelola gejala depresi. Dengan dukungan yang tepat, seseorang dapat mengatasi patah hati dan depresinya, serta memulihkan kesehatan mentalnya dengan baik.

Mengakibatkan Gangguan Makan dan Tidur

Seorang wanita yang mengalami gangguan makan (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-gadis-makan-problem-6957117/)
Seorang wanita yang mengalami gangguan makan (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-gadis-makan-problem-6957117/)

Penting bagi individu yang mengalami patah hati dan merasa gejala depresi muncul untuk mencari dukungan profesional. Konseling dan terapi psikologis dapat membantu mereka memahami dan mengatasi perasaan tersebut, mengidentifikasi strategi untuk menghadapi patah hati dengan lebih baik, serta belajar cara mengelola gejala depresi. Dengan dukungan yang tepat, seseorang dapat mengatasi patah hati dan depresi, serta memulihkan kesehatan mentalnya dengan lebih baik. Emosi negatif yang timbul akibat patah hati seperti kesedihan, kekecewaan, dan kehilangan yang mendalam dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku, dan pola makan seseorang. Beberapa orang yang mengalami patah hati mungkin kehilangan nafsu makan dan cenderung mengabaikan kebutuhan nutrisi, serta mengalami gangguan tidur sebagai mekanisme koping.

Eating disorder merupakan gangguan psikologis yang erat kaitannya dengan pola makan yang tidak sehat dan tidak normal. Perasaan cemas, depresi, atau stres yang muncul akibat patah hati dapat menjadi pemicu atau memperburuk eating disorder. Sebagai contoh, seseorang yang merasa tidak berharga setelah patah hati mungkin merasa dorongan untuk mengontrol pola makan sebagai cara untuk mendapatkan rasa kendali dalam kehidupan. Selain itu, masalah makan juga dapat menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit emosional yang sedang dialami.

Patah hati juga dapat menyebabkan perubahan besar dalam pola tidur seseorang. Saat mengalami patah hati, individu cenderung menghadapi berbagai perasaan dan emosi yang intens, seperti kesedihan, kecemasan, dan stres. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan gangguan tidur yang serius. Perasaan bingung dan stres akibat patah hati bisa membuat pikiran menjadi gelisah di malam hari, sehingga sulit untuk rileks dan tertidur. 

Terkadang, individu yang mengalami patah hati cenderung merenungkan peristiwa yang menyakitkan itu ketika di tempat tidur, yang dapat semakin mengganggu tidur. Gangguan tidur dapat memperburuk kondisi patah hati dan berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan, penurunan konsentrasi, gangguan fungsi kognitif, dan meningkatkan risiko depresi.

Membuat Gangguan Kecemasan

Seorang wanita yang terlihat cemas dan sedih (https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-laptop-sedih-sofa-7208948/)
Seorang wanita yang terlihat cemas dan sedih (https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-laptop-sedih-sofa-7208948/)
Kecemasan adalah perasaan yang berlebihan dan berlebihan seperti rasa khawatir, cemas, atau takut terhadap situasi atau peristiwa tertentu. Ketika mengalami patah hati, gejolak emosional seperti kesedihan, kekecewaan, dan ketidakpastian dapat menjadi pemicu atau memperburuk kecemasan. Beberapa cara di mana patah hati dapat berkontribusi pada kecemasan adalah sebagai berikut:
  • Patah hati dapat menyebabkan perasaan tidak aman dan takut terhadap masa depan, terutama dalam hal hubungan dan percintaan. Ini bisa memicu kecemasan yang terkait dengan kepercayaan diri dan harga diri.
  • Setelah patah hati, seseorang mungkin merasa takut untuk membuka hati lagi dalam hubungan baru karena takut mengalami luka emosional lagi. Kecemasan ini dapat menghalangi kemampuan untuk membentuk koneksi emosional yang sehat.
  • Patah hati bisa menyebabkan kekhawatiran tentang masa depan dan bagaimana hidup akan berlanjut tanpa pasangan atau hubungan yang telah berakhir. Kecemasan tentang kehidupan sendiri di masa depan dapat menjadi perasaan yang mengganggu.
  • Setelah patah hati, seseorang mungkin terus-menerus memikirkan peristiwa masa lalu yang menyakitkan, mengulang-ulang momen-momen yang menyebabkan patah hati. Hal ini bisa memicu kecemasan sosial dan ketakutan terhadap pengulangan peristiwa yang menyakitkan di masa depan.

Ketika menghadapi patah hati, banyak orang merasa kesepian, cemas, dan putus asa. Mereka mungkin merasa sulit untuk tidur, berfokus, atau menemukan sukacita dalam aktivitas yang biasa mereka nikmati. Patah hati juga dapat menyebabkan perubahan pola makan, berkurangnya minat dalam interaksi sosial, dan bahkan munculnya pikiran atau perasaan merugikan terhadap diri sendiri.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang merespons patah hati dengan cara yang berbeda, dan tingkat keparahan dampak psikologis dapat bervariasi. Beberapa orang mungkin mampu pulih dengan cepat, sementara yang lain memerlukan dukungan lebih lama dalam mengatasi perasaan tersebut. Bagi mereka yang merasa kesulitan dalam mengatasi patah hati, mendapatkan bantuan dari profesional kesehatan mental dapat menjadi langkah yang bijaksana. Terapi dan dukungan psikologis dapat membantu dalam mengelola perasaan dan emosi yang muncul, serta membantu seseorang untuk menghadapi tantangan ini dengan lebih baik.

Ingatlah bahwa proses pemulihan dari patah hati membutuhkan waktu, dan setiap orang harus memberikan diri mereka kesempatan untuk merasakan dan mengatasi perasaan tersebut. Dengan dukungan dan kesabaran, kita dapat pulih dan tumbuh dari pengalaman ini, dan mungkin juga menjadi lebih kuat dalam menghadapi tantangan masa depan.

Nah sudah tau kan betapa pentingnya memahami dan merawat kesehatan mental dalam menghadapi cinta yang mungkin tak selalu membawa kebahagiaan. Patah hati bukanlah akhir dari segalanya!

Referensi:

http://jurnal.ipw.ac.id/journal/jurnal-akademika-jurnal-ilmiah-kependidikan/article/105/perkembangan-teori-hubungan-interpersonal-dari-sullivan-hingga-golleman.html

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/7374/5115

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/view/22447/16356

https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/gejala-depresi-karena-patah-hati/

https://psychnews-psychiatryonline-org.translate.goog/doi/full/10.1176/appi.pn.2021.6.3?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF/article/view/8275

https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/pmc/articles/PMC3964364/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun