Kekerasan merupakan salah satu fenomena sosial yang sering kita temukan dimana terdapat individu atau kelompok melakukan suatu perbuatan yang menyakiti dan merugikan orang lain. Dalam terjadinya kekerasan, terdapat adanya bentuk paksaan dan ketidakrelaan dari pihak lain yang terlukai. Dan biasanya kekerasan ini juga didasarkan oleh latar belakang dan status seseorang, yang dimana adanya perasaaan lebih unggul daripada pihak lain dan menganggap bisa berkuasa atas orang lain. Dalam melakukan kekerasan, tidak hanya bisa dilakukan individu atau kelompok tertentu, namun seluruh bagian masyarakat juga bisa melakukannya termasuk remaja.
Remaja merupakan salah satu fase dalam kehidupan manusia dimana seseorang mulai mengalami perkembangan dan pertumbuhan ke arah dewasa. Pada masa ini, biasanya perasaan seseorang cenderung mengalami kelabilan, sehingga mereka sulit dalam menentukan sesuatu. Selain itu, pada masa remaja ini, mereka mulai mengalami masa pencarian identitas dan cenderung ingin mengaktualisasikan dirinya agar mendapat pengakuan di dalam lingkungan masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa remaja cenderung memiliki karakteristik ingin mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat. Sebenarnya hal ini bukan merupakan sebuah hal yang salah, namun dari kebanyakan kasus yang saya temukan, banyak dari mereka yang sering menempuh jalan yang salah.Â
Maksudnya ialah banyak dari mereka ketika berusaha mengaktualisasikan dirinya menggunakan cara-cara yang salah dan merugikan orang lain. Misalnya seperti rela menjatuhkan orang lain seperti melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain agar merasa menjadi orang yang dapat berkuasa dan memiliki kedudukan dan status tinggi daripada orang lain. Bermulanya hal ini biasanya tidak hanya disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, namun juga didukung oleh faktor eksternal seperti pengaruh dari kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya ialah sebuah kelompok pertemanan yang memiliki kesamaan baik dari segi usia, minat, status, maupun posisi sosial. Dalam kehidupan remaja, kelompok teman sebaya memiliki peran penting, yaitu karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di luar bersama teman mereka dibandingkan dengan keluarga di rumah. Dan dengan seringnya mereka menghabiskan waktu bersama, mudah sekali bagi mereka untuk saling pengaruh mempengaruhi baik secara positif maupun negatif.Â
Namun sayangnya menu rut saya saat ini pengaruh teman sebaya lebih banyak memberikan dampak yang negatif. Pernyataan ini juga didukung dari hasil penelitian yang diungkapkan para peneliti yang telah mengidentifikasi bahwa teman sebaya ternyata memainkan peran kunci dalam kenakalan dan perkembangan kejahatan (Walters, 2018).Â
Adapun salah satu bukti mengenai kenakalan dan perkembangan kejahatan yang dilakukan oleh remaja itu dibuktikan dengan salah satu data yang terjadi di Samarinda dan dikeluarkan  oleh Kepolisian Unit PPA bahwa terdapat 30 kasus kenakalan remaja yang telah ditangani oleh Kepolisian Unit PPA diantaranya yaitu kasus perkelahian, seks bebas , mabuk-mabukan, ngelem, balapan liar, oplosan, narkoba, pencurian yang sering dilakukan oleh remaja di Kota Samarinda (Bakti, 2017).
Terjadinya kenakalan remaja khususnya akibat pengaruh teman sebaya ini disebabkan beberapa faktor. Selain karena lebih sering melakukan interaksi dengan kita, teman sebaya dapat memperkenalkan maupun mendukung pandangan baru, sikap baru, pola perilaku, dan gaya hidup, bahkan sampai ke arah perilaku yang menyimpang (Tianingrum, 2018).
Sehingga hal ini menyebabkan remaja melakukan konformitas ke dalam kelompok sebayanya. Hal ini dilakukan agar ia dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan nilai norma kelompoknya, sehingga ia akan merasa diterima oleh kelompok tersebut. Selain itu, dengan mampunya ia beradaptasi dan mampu diterima, maka ia akan merasa bahwa nilai dirinya meningkat dan tentunya bisa mencapai tujuan dirinya dalam mengaktualisasi diri.
Melihat terjadinya hal kekerasan yang dilakukan remaja, sebenarnya banyak dari mereka melakukan ini karena ingin mengaktualisasikan dirinya. Timbulnya rasa ingin dihargai dan dihormati, membuat remaja rela melakukan apapun agar mendapatkan pengakuan. Namun sayangnya banyak dari mereka yang belum bisa mengendalikan diri sehingga terjerumus ke dalam hal yang salah. Selain itu ketika mereka bergabung ke dalam kelompok teman sebaya, maka tentunya mereka akan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan eksistensinya di kelompok tersebut.
Adanya kelompok teman sebaya ini seharusnya juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah yang positif dalam pengembangan diri. Namun terdapat juga ditemukan bahwa terjadinya disfungsi sehingga saling memberikan pengaruh buruk satu sama lain.Â
Hal ini pernah terjadi seperti pada kasus kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok geng motor di Samarinda yang beranggotakan remaja berusia 14-20 tahun. Munculnya komunitas yang disebut geng motor tersebut ialah karena adanya kesamaan seperti latar belakang, sekolah, daerah, kepemilikan motor, dan lain-lain. Adapun tujuan diciptakannya komunitas tersebut ialah mereka ingin menunjukkan identitas dan eksistensi mereka di lingkungan masyarakat. Namun dalam mengaktualisasikan dirinya, geng motor tersebut melakukan cara yang salah dengan cara melanggar peraturan yang ada.
Berdasarkan data yang diperoleh, geng motor Samarinda memang terdiri dari remaja-remaja yang tidak lagi mengenal rasa takut. Hal ini dibuktikan dengan kejadian dimana mereka mengendara dengan tidak mematuhi peraturan lalu lintas hingga melakukan kekerasan terhadap orang lain. Kejadian itu berlangsung ketika ada salah satu remaja yang sedang menunggu angkutan umum hampir dibacok oleh geng motor tersebut. Untungnya bacokan tersebut meleset, sehingga korban pun langsung memutuskan untuk ke kantor polisi dan melaporkannya.
Tujuan dari dilakukannya hal tersebut menurut saya selain ingin menyakiti orang lain, mereka juga seperti sedang berusaha mengaktualisasikan dirinya dengan menaikkan nilai status dirinya. Dengan tindakan yang seolah-olah berkuasa, mereka menganggap bahwa mereka dapat memberikan rasa takut kepada orang lain dan tentunya dengan terjadinya hal tersebut mereka akan merasa bahwa nilai dan status mereka di masyarakat akan meningkat.Â
Namun tindakan tersebut tentunya bukan hanya berasal dari keinginan diri sendiri, namun juga didukung dengan faktor dukungan teman sebaya yang tergabung dalam kelompok yang sama dan pastinya saling memberikan dukungan satu sama lain dalam perbuatan tersebut.
Melihat hal ini, saya sebagai pemuda merasa miris dan menyayangkan hal ini dapat terjadi. Sebagai pemuda bangsa, bukankah seharusnya kita berupaya untuk memberikan segala yang terbaik bagi negeri kita. Memang tidak dapat dipungkiri, pada masa muda seperti ini, kita memang ingin sekali berusaha mengaktualisasikan diri kita, namun kiranya kita juga harus bisa memperhatikan batasan sehingga tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian tidak hanya bagi diri sendiri namun juga orang lain. Adapun bentuk perilaku positif yang dapat dilakukan ialah mengikuti kegiatan positif seperti mengikuti kegiatan bakti sosial dan lainnya.
SUMBER
Sabekti, R. (2019). Hubungan intensitas penggunaan media sosial (jejaring sosial) dengan kecenderungan narsisme dan aktualisasi diri remaja akhir (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Saetban, C., & Saetban, A. (2019). Menanggulangi tindak kekerasan remaja di masyarakat. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 17(1).
Tianingrum, N. A., & Nurjannah, U. (2020). Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja sekolah di Samarinda. Jurnal Dunia Kesmas, 8(4), 275-282.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI