Mohon tunggu...
Salsabilla Husna
Salsabilla Husna Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

forever learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Loro Blonyo dan Simbol Keharmonisan Rumah Tangga Masyarakat Jawa

26 Desember 2022   23:00 Diperbarui: 26 Desember 2022   23:08 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedangkan patung wanitanya mengenakan kebaya dengan motif Batik Kawung. Batik ini mencerminkan kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian. Pandangan matanya agak menunduk. Goresan alis warna hitam tebal demikian pula ditemukan garis mata bagian atas berwarna hitam. Di dahinya terdapat Paes berwarna hijau. Paes sendiri adalah riasan yang digambar di dahi wanita. Paes pada patung Loro Blonyo berupa paes gajah. Hal ini dimaksudkan agar putra putri mereka kelak memiliki kedudukan yang luhur dan tinggi. 

Di kanan dan kiri Paes Gajah ada Paes Pengapit yang menjadi simbol yoni pendamping yang baik, dalam hal ini adalah simbol wanita sebagai seorang ibu. Di samping Paes Pengapit ada Paes Penitis, melambangkan Simbol Lingga atau laki-laki sebagai bapak. Bentuk rias Pengapit dan Penitis menjadi simbol laki-laki dan perempuan sebagai dwitunggal. Di dekat telinga ada riasan Godheg yang melambangkan keturunan dari manunggalnya Pengapit dan Penitis (perempuan dan laki-laki) yaitu lahirnya jabang bayi. 

Bentuk Rambut patung wanita berupa gelungan dilengkapi dengan mahkota berupa Cunduk Mentul atau kembang goyang. Di telinganya terlihat Subang bulat keemasan dan putih sebagai lambang kekayaan. Sikap duduknya juga bersila dan sikap tangan ngapurancang. Pada bagian dada mengenakan kemben dan bagian perut mengenakan stagen dan ikat pinggang keemasan.  Dalam gaya busana basahan orang Jawa disebut Nlingo Sariro, yaitu mencerminkan sikap pasrah seorang wanita terhadap suami.

Secara keseluruhan warna kulit patung adalah kuning keemasan dengan sedikit unsur coklat tua, mencerminkan warna luluran warna khas manten Jawa. Ada lagi busana tambahan yang dikenakan yaitu Cindhe merah campur yang disebut Udhet, untuk pria disebut Sonder dengan motif puspito lambang kekayaan alam beserta keindahannya. Untuk patung wanita terdapat aksesori yang mengelilingi sanggul disebut Menthol yang berjumlah sembilan. Kemudian ada perhiasan mirip sisir yang disematkan di rambut disebut Cundhuk Jungkat. 

Pada leher terdapat kalung menyerupai bulan sabit dan bentuk padi, melambangkan kemakmuran, sandang, dan pangan. Sedangkan pada lengan terdapat kelat bahu yang dipercaya sebagai simbol tolak bala. Pada pergelangan tangan juga ada gelang sebagai simbol kelanggengan dan keabadian. Pada patung pria pada Kuluk-nya terdapat Nyamat yang berbentuk seperti cengkeh sebagai simbol keunggulan.

Fungsi Patung Loro Blonyo Dulu dan Sekarang

Pada jaman dahulu, Patung Loro Blonyo hanya diperuntukkan untuk kalangan bangsawan. Bagi masyarakat tradisional Jawa, menurut Sulistyo dan Wiwoho (2008), Patung Loro Blonyo memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai Pasren atau hiasan, ditempatkan dimana saja sehingga menimbulkan keindahan. Kedua sebagai simbol penghormatan kepada Dewi Sri yang dikenal sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran, ditempatkan di depan Pedaringan atau Petanen. Ketiga sebagai penunjuk tempat tumuruning wiji, ditempatkan di dekat sepasang pengantin pada saat duduk di pelaminan. 

Tumuruning wiji sendiri adalah turunnya Dewi Sri yang menjelma sebagai Wiji Widayat atau turunnya wahyu dari Batara Guru kepada umat manusia. Wahyu di sini dapat diartikan sebagai keberuntungan bagi pengantin. Terakhir sebagai penolak bala, oleh karena itu kedua wajah patung diboreh (di-blonyo) putih dan badannya diberi warna kuning, karena warna kuning melambangkan keagungan dan penolak bala. 

Patung Loro Blonyo masih banyak digunakan sebagaimana fungsi aslinya. Namun selain itu terdapat sedikit perubahan fungsi yang terjadi di masyarakat. Seperti contohnya di masa kini, Patung Loro Blonyo dapat dijual sebagai souvenir khas Solo atau Jogja. Yang lebih marak juga adalah patung Loro Blonyo sebagai souvenir pernikahan. Bentuk patung pun tidak selalu mirip dengan aslinya, bisa saja berubah. Selain itu patung Loro Blonyo juga banyak dicari sebagai koleksi para kolektor barang antik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun