Mohon tunggu...
Salsabilla Husna
Salsabilla Husna Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

forever learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Loro Blonyo dan Simbol Keharmonisan Rumah Tangga Masyarakat Jawa

26 Desember 2022   23:00 Diperbarui: 26 Desember 2022   23:08 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika pergi ke Jawa, utamanya Solo dan Jogja, sering didapati patung pengantin dengan baju adat jawa di rumah-rumah ataupun sebagai souvenir yang dijual oleh pedagang lokal. Patung pengantin ini disebut Loro Blonyo, simbol kesuburan dalam masyarakat Jawa. 

Menurut Subiyantoro dalam Prasetyo (2012), Loro Blonyo berasal dari kata loro yang berarti dua dan blonyo yang berarti gambaran atau warna. Jika digabungkan bisa berarti sepasang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan diperindah dengan aneka warna. Loro juga dihubungkan dengan Rara atau wanita, dan Blonyoh yang berarti lulur. Pengertian lainnya juga hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan, yang dikaitkan dengan peristiwa perkawinan.

Loro Blonyo berbentuk patung pengantin dengan sikap duduk bersimpuh yang mengenakan pakaian tradisional Jawa dengan gaya basahan, yaitu gaya pakaian pengantin saat prosesi Siraman. Petung pria mengenakan kain panjang yang disebut dodot, bermahkota, dan tidak berbusana di bagian tubuh atas. Sedangkan patung wanita mengenakan pakaian yang sama namun tanpa mahkota dan bagian atas tubuh dibalut kemben (Prasetyo, 2012)

Asal-Usul Patung Loro Blonyo

Patung Loro Blonyo sering dikaitkan dengan Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan dan pasangannya Raden Sadana sebagai pengejawantahan Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam semesta. Ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa Dewi Sri dan Sadana adalah saudara kembar (kedhono-kedhini). Keduanya saling mencintai dan ingin menikah namun tidak terlaksana karena mereka adalah saudara kandung. 

Oleh karena itu Sadana bunuh diri karena putus asa dan berharap dapat bereinkarnasi sebagai manusia lain dan menikah dengan Dewi Sri. Sepeninggal Sadana, Dewi Sri hidup mengembara dikejar-kejar oleh Bathara Kala dan akhirnya ditolong oleh para petani. Sebagai balasannya, Dewi Sri memberi para petani hasil panen yang melimpah. Para petani pun mengabadikan kebaikan Dewi Sri dengan cara membuat Patung Loro Blonyo (Prasetyo, 2009).

Bentuk Patung Loro Blonyo

Menurut Subiyantoro (2009), Patung Loro Blonyo dapat dibedakan dari patung lainnya berdasarkan aksesori yang melekat pada patung.

Pada patung Loro Blonyo, patung pria mengenakan Kuluk Kanigara (mahkota) berwarna hitam dengan kombinasi garis kuning yang disusun secara tegak dan mendatar serta melingkar. Patung pria memiliki cambang di mukanya yang tampak rapi dan rambut berwarna hitam lurus bergelung halus dengan aksesori konde berwarna keemasan yang terbuat dari tembaga. Pandangan mata patung pria menatap lurus ke depan dengan posisi kepala tegak. Alisnya tampak tebal dengan garis tegas berwarna hitam melingkar mengikuti bentuk mata. Bentuk hidungnya mbengkok sumendhe, tidak mancung tapi tidak pula pesek. 

Bentuk bibirnya tipis berwarna merah. Di lehernya mengenakan kalung yang menyerupai rantai kecil yang memanjang sampai pinggang. Sikap tangannya Ngapurancang, yaitu sikap tangan dalam budaya Jawa yang melambangkan hormat dan rendah hati (Atmasari, 2019). Di pergelangan tangan ada gelang berwarna emas. Busana yang dikenakan berupa stagen yang diberi hiasan berupa sabuk melingkar berwarna kuning keemasan dan bermotif geometris. Ada pula jarik sebatas lutut dengan motif Parang Gondosuli, motif berbentuk pisau dan gabungan motif garuda. 

Lalu ada ikat pinggang hitam dengan timang di tengah berwarna kuning yang melambangkan peringatan manusia agar dapat mengendalikan nafsu birahi. Di bagian pinggang bagian belakang terselip keris. Posisi kaki duduk bersila dengan telapak dan jari kaki diperlihatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun