Mohon tunggu...
salsabilla
salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom

writing everything

Selanjutnya

Tutup

Book

Jalinan Hati dan Bangunan:Membedah

16 Oktober 2024   21:47 Diperbarui: 17 Oktober 2024   11:11 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Architecture Of Love adalah karya buku dari Ika Natassa. The Architecture Of Love bercerita tentang seorang penulis muda bernama Raia, yang kehilangan muse setelah bercerai dengan suaminya. Raia mengalami writing block sampai akhirnya pergi ke New York untuk mencari inspirasi dan melupakan semua kenangan bersama mantan suaminya.

Cerita dimulai dengan pengenalan Raia, seorang penulis yang sedang berjuang untuk menemukan kembali suaranya setelah pernikahannya berakhir dengan perceraian. Raia merasa hancur dan kehilangan arah, terjebak dalam kesedihan dan keraguan akan kemampuannya untuk mencintai lagi. Meskipun ia berusaha untuk melanjutkan hidup, bayang-bayang kegagalan pernikahannya terus menghantuinya. Merasa terjebak, Raia memutuskan untuk melarikan diri ke New York, berharap menemukan inspirasi dan kebebasan dari masa lalunya.

Raia menyusuri setiap sudut kota New York setiap hari selama dua bulan ini, tetap saja Raia tak kunjung menemukan satu kata pun untuk mulai menulis. Sampai suatu ketika, sahabatnya yang bernama Erin mengajak Raia untuk merayakan tahun baru di apartement temannya, Aga.

Sebenarnya Raia tidak suka pesta dan keramian, apalagi bagi Raia segala sesuatu tentang pesta tahun baru selalu terasa dipaksakan, dan itu membuatnya tak habis pikir. Orang-orang yang merasa harus berpesta untuk menandai pergantian tahun, padahal sesungguhnya tidak ada yang bisa dirayakan dari hidup mereka dalam setahun terakhir. Namun, karena paksaan Erin, akhirnya Raia menghadiri pesta tahun baru tersebut.

Di sana, di saat detik-detik pergantian tahun akan segera di mulai, Raia pamit ke kamar mandi untuk menghindari tradisi pergantian tahun yang ditakutkannya-tradisi mencium orang yang ada di depan kita pada saat pergantian tahun. Raia keluar kamar mandi, mencari sofa untuk duduk sejenak dan memijat kakinya. Tanpa Raia sadari di ruangan itu ada seorang lelaki dengan sorot mata yang tajam dan alis yang tebal, tengah asik menggambar di ruangan yang gelap.

Itu adalah pertemuan pertama Raia dengan lelaki misterius bernama River, lelaki pendiam, lebih suka sibuk dengan buku gambarnya. Dia menarik diri dari keramaian, sama halnya dengan Raia yang lebih suka melewatkan keramaian pesta malam itu.

Pertemuan tak sengaja kedua, terjadi di Wollan Skating Rink, ketika Raia sedang mengunjungi tempat ini untuk mencari inspirasi, sedangkan River untuk menggambar.

Awalnya pertemuan mereka sedikit kaku, tapi selanjutnya hubungan mereka mencair, terlebih setelah Raia memberanikan diri meminta ijin untuk mengikuti River berkeliling kota New York esoknya, bersama-sama mencari inspirasi.

Sejak itu, River akan menjemput Raia, dan menunggu di depan apartement Erin. Setelah itu, mereka menyusuri bagian-bagian kota New York seperti Flatiron Building, Madison Square Park, Grand Central, dan Paley Park. River mengenalkan kota New York dengan cara berbeda, bahwa setiap bangunan memiliki cerita, membuat Raia bersemangat setiap harinya untuk mencari inspirasi. Obrolan sederhana di tengah-tengah acara berkeliling juga menghidupkan kebahagiaan Raia yang sempat hilang, serta menyadarkan bahwa mereka sebenarnya sama-sama tersesat akan masa lalu, di kota yang tak pernah tidur tersebut mereka tidak seharusnya merasa sendirian.

Namun, hubungan mereka tidaklah sempurna. Raia membawa beban masa lalu yang membuatnya sulit untuk sepenuhnya terbuka, sementara River menyimpan rahasia yang membuatnya merasa terisolasi. Konflik batin yang mereka hadapi menjadi bumbu penyedap dalam kisah cinta mereka, membuat hubungan mereka semakin kompleks dan menarik.

Seiring waktu, hubungan mereka semakin membaik. Raia menemukan inspirasi baru dalam menulis, terinspirasi oleh kisah River dan perjalanan hidupnya. River, di sisi lain, mulai merasakan kembali keinginan untuk mencintai dan membuka diri setelah bertahun-tahun terjebak dalam kesedihan. Mereka berdua saling mendukung dalam proses penyembuhan, membantu satu sama lain untuk menghadapi masa lalu dan menemukan harapan untuk masa depan.

Di tengah gemerlap kota New York, mereka belajar bahwa cinta tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya cinta harus diuji oleh waktu, jarak, dan cobaan hidup. Akhirnya, mereka harus membuat pilihan yang sulit, sebuah pilihan yang akan menentukan masa depan hubungan mereka.

Secara keseluruhan, "The Architecture of Love" memiliki daya tarik tersendiri, tetapi juga memiliki beberapa aspek yang bisa diperbaiki untuk membuat cerita lebih kuat dan berkesan. Novel ini menyentuh tema cinta yang cukup umum. Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa ada elemen klise yang diulang, sehingga kurang memberikan kejutan atau inovasi dalam narasi. Meskipun novel mengangkat tema cinta dan arsitektur, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa eksplorasi tema-tema sosial atau emosional lainnya kurang mendalam, sehingga membuat cerita terasa kurang kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun