Kondisi ekonomi keluarga: Keluarga dengan kondisi ekonomi yang stabil cenderung memberikan lebih banyak kesempatan untuk pengembangan sosial-emosional, seperti pendidikan, aktivitas ekstrakurikuler, dan akses terhadap layanan kesehatan mental.
Lingkungan tempat tinggal: Anak yang tumbuh di lingkungan yang aman dan mendukung cenderung memiliki perkembangan sosial-emosional yang lebih positif dibandingkan anak yang tinggal di lingkungan yang penuh kekerasan atau tekanan sosial.
9. Kesehatan Mental Orang Tua
Stabilitas emosi pengasuh: Orang tua atau pengasuh yang mengalami gangguan mental (seperti depresi atau kecemasan) dapat memengaruhi pola interaksi dengan anak. Hal ini berpengaruh pada perkembangan kemampuan sosial-emosional anak.
10. Keberagaman Pengalaman
Eksposur pada berbagai situasi: Anak yang terpapar pada lingkungan yang beragam, seperti bepergian, bertemu orang baru, atau mencoba aktivitas baru, lebih mudah mengembangkan kemampuan sosial dan adaptasi emosional.
11. Intervensi atau Dukungan Profesional
Bimbingan konselor atau psikolog: Anak yang mengalami kesulitan sosial-emosional dapat terbantu dengan terapi atau konseling, yang mempercepat pemulihan dan perkembangan.
Program intervensi dini: Program seperti pelatihan keterampilan sosial atau pengelolaan emosi yang diterapkan pada usia dini memiliki dampak positif yang signifikan.
12. Kepribadian Anak
Temperamen: Anak dengan temperamen yang mudah beradaptasi dan ramah cenderung lebih mudah mengembangkan hubungan sosial dibandingkan anak yang pemalu atau mudah marah.