Lebih jauh, karena merasa terancam oleh ambisi nuklir Korea Utara di kawasan, pemerintah Cina memilih untuk memperkuat kapabilitas pembelaan diri. Langkah ini diambil Cina dengan memperluas fasilitas penyimpanan senjata nuklir miliknya serta meningkatkan pengembangan teknologi pertahanan (Rosyidin, 2021). Dengan menambah kuantitas persediaan dan kualitas sistem senjata, Cina berharap mampu menjamin keamanan nasional dari ancaman yang mungkin timbul akibat penguasaan senjata pemusnah massal oleh negara terdekat. Sebagai negara adidaya regional, Cina memandang perlu untuk terus mengembangkan kemampuan militer mutakhirnya dalam merespons dinamika keamanan yang semakin rumit di kawasan Asia Timur.
Keterlibatan sejumlah negara dengan beragam agenda di dalam isu program nuklir Korea Utara telah memunculkan dilema keamanan yang kompleks di Asia Timur. Cina yang memiliki hubungan strategis dengan Korea Utara berupaya memainkan peran perantara dengan menjaga keseimbangan antara pengawasan terhadap aktivitas nuklir tetangganya dan mencegah keruntuhan rezim. Sementara itu, Korea Selatan dan Jepang yang paling terekspos ancaman langsung terus meningkatkan kapabilitas bela diri bersama AS untuk memberi tekanan pada Pyongyang (Syahrin, 2018).Â
Rusia yang memiliki pengaruh kuat di kawasan juga turut membantu menjaga kestabilan dengan mengimbangi dominasi AS. Rakyat Taiwan pun tidak luput dari kecemasan menyusul intimidasi rudal Korea Utara, yang semakin memusingkan negara-negara di sekitarnya akibat program rahasia rezim otoriter Kim Jong-un.
Program nuklir Korea Utara yang dilakukan tanpa henti walaupun mendapat tekanan global telah menciptakan dinamika keamanan yang rumit di Semenanjung Korea dan kawasan Asia Timur. Ketidakmampuan Korea Utara dalam mengimbangi kekuatan militer konvensional negara tetangganya menyebabkan terjadinya dilema keamanan yang mendasari pengembangan senjata pemusnah massal.Â
Keluarnya Korea Utara dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) serta berhasilnya uji coba nuklir menguatkan pemikiran bahwa Korea Utara benar-benar berupaya menguasai senjata tersebut, hal ini semakin memusingkan perkara. Isu sensitif ini pun memunculkan beragam tanggapan dari negara-negara regional, seperti Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia yang memiliki agenda tersendiri dalam menyikapi ancamannya. Belum ditemukannya formula yang tepat antara pendekatan sanksi maupun dialog damai membuat stabilitas Semenanjung Korea senantiasa dipertanyakan di tengah eskalasi ancaman nuklir dari Korea Utara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H