2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi terjadi ketika nilai tukar yang diterapkan tidak didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dari dalam negara tersebut. Maka, baik Brunei Darussalam maupun Singapura harus mampu meningkatkan atau mempertahankan kondisi perekonomiannya yang sekarang stabil ini agar terus berlanjut.
3. Kurangnya Fleksibilitas Kebijakan Moneter
Adanya perjanjian pertukaran mata uang antara Brunei Darussalam dan Singapura mengakibatkan kedua negara ini terbatas dalam mengimplementasikan kebijakan moneter yang sesuai dengan kebutuhan negaranya. Menjaga nilai tukar tetao adalah hal utama dari pada mengkuti kebijkan moneter yang lebih fleksibel.
4. Ketergantungan Terhadap Mata Uang Lain
Sistem kurs tetap menjadikan negara ketergantungan terhadap stabilitas mata uang negara lain yang dipatok nilai tukarnya. Maka, dalam kasus Brunei Darussalam dan Singapura ini, jika salah satu negara mengalami tekanan atau fluktuasi eksternal terhadap mata uangnya, maka mata uang negara yang lain juga akan terganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H