Mohon tunggu...
Salsabila Naili Aulia Putri
Salsabila Naili Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Saya adalah mahasiswa prodi Hubungan Internasional, Universitas Jember. Saya tertarik dengan dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Currency Interchangeability Agreement (CIA) antara Brunei Darussalam dan Singapura

29 Maret 2024   11:32 Diperbarui: 29 Maret 2024   12:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Kurs Tetap yang Perlu Diwaspadai Brunei Darussalam dan Singapura

Keunggulan dari adanya sistem kurs tetap adalah sebagai berikut:

1. Stabilitas Nilai Tukar

Sesuai perjanjian yang ada dalam Currency Interchangeability Agreement (CIA) yang ditandatangani oleh Brunei Darussalam dan Singapura, nilai tukar antar kedua negara adalah 1:1. Sejak dimulainya perjanjian ini hingga sekarang nilai tukar tersebut tidak berubah. Hal ini menyebabkan adanya stabilitas nilai tukar yang ada.

2. Kepastian dan Prediktabilitas

Adanya kepastian nilai tukar antara Dolar Brunei dengan Dolar Singapura membuat individu maupun kelompok mampu merencanakan finansialnya dengan baik. Hal ini snagat membantu dalam memfasilitasi perencanaan jangka panjang dalam investasi, ekspansi bisnis, pengembangan produk, dan keputusan finansial lainnya.

3. Mengurangi Resiko Valas

Karean Brunei dan Singapura sudah menetapkan nilai tukar mata uangnya, maka fluktuasi nilai tukar tidak akan dihadapi oleh kedua negara. Hal ini sangatermanfaat terutama dalam perdagangan internasional antar kedua negara maupun transaksi lintas batas.

Kelemahan dari adanya sistem kurs tetap adalah sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan untuk Menyesuaikan

Baik Brunei Darussalam maupun Singapura harus mampu untuk menyesuaikan nilai tukar yang ada dengan kondisi ekonomi negaranya masing-masing. Apalagi, kedua negara ini juga masih mengandalkan dolar AS untuk patokan nilai mata uangnya. Ketika kedua negara ini tidak mampu untuk menyesuaikan nilai tukarnya terhadap kondisi ekonomi negaranya, maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam neraca perdagagan, inflasi, dan masalah ekonomi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun