Pernahkah terpikir bagaimana proses produksi makanan sebelum tersaji di piringmu? Tentunya melibatkan banyak hal, ya. Mulai dari proses menanam, memproduksi atau memanen, mengolah, mendistribusikan, mengonsumsi, dan akhirnya nanti tiba di proses mengelola sisa bahan makanan.
Seluruh proses tersebut menghasilkan carbon footprint yang cukup besar, loh! Carbon footprint ini dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan.
Apa itu jejak karbon atau carbon footprint? Jejak karbon merupakan jumlah gas emisi atau karbon yang tercipta dari beragam aktivitas manusia pada beberapa waktu tertentu. Hal ini menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan, seperti terjadi banyak bencana alam, cuaca ekstrem, sumber air bersih yang semakin berkurang, dan kerusakan lingkungan lainnya.
Sebuah penelitian berjudul Climate Change and Food Systems menjelaskan bahwa dari total seluruh sumber emisi gas rumah kaca dunia, sistem proses produksi makanan menyumbangkan emisi gas rumah kaca sebanyak 30%. Lalu 86% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari sistem proses produksi makanan ini berasal dari bidang peternakan dan pertanian.
Environmental Working Group (EWG) juga meneliti tentang jumlah emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan dari bahan makanan yang konsumsi oleh manusia.
Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jumlah gas emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor, misalnya mobil. Hasilnya diketahui bahwa ketika kita memakan 1 kg daging domba, maka kita akan menghasilkan 39.2 kg ekuivalen gas karbon dioksida atau setara dengan mengendarai mobil sejauh 11 km!
Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita juga dapat mengetahui bahwa daging merupakan bahan makanan penghasil emisi karbon terbesar di dunia.
Lantas bagaimana bisa daging menjadi penyumbang emisi karbon terbesar? EWG menyatakan bahwa 90% emisi karbon dari daging sapi dihasilkan saat proses produksi.
Proses produksi pakan ternak memerlukan pupuk, pestisida, lahan, dan air. Kebanyakan pupuk yang dipakai merupakan pupuk nitrogen yang memberikan efek pemanasan global 300 kali lebih tinggi daripada gas karbon dioksida.
Selain itu, kotoran hewan ternak yang tidak diolah dengan baik dapat menimbulkan gas metana dan nitrogen. Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan bahwa kotoran hewan merupakan sumber penghasil gas metana terbesar, yaitu sekitar 60% dari total produksi gas metana dunia. Hal ini tentunya mencemari lingkungan dan menyebabkan pemanasan global.