Mohon tunggu...
Salsabila Alfihidayah N
Salsabila Alfihidayah N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Ilmu Komunikasi | 23107030009

Hi sweetie !

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengatasi Fenomena Quiet Quitting di Kalangan Milenial dan Gen Z

10 Juni 2024   07:25 Diperbarui: 10 Juni 2024   07:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: http://Broadwayshr.com

Menurut Gallup's State of the American Workplace report, hampir 70% karyawan merasa tidak terlibat atau bahkan aktif tidak terlibat di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya membangun hubungan yang kuat antara manajemen dan karyawan, serta memberikan dukungan dan pengakuan yang diperlukan.

Selain itu, perusahaan juga dapat mengadopsi kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja-hidup yang sehat. Menawarkan fleksibilitas kerja, cuti yang memadai, dan program kesejahteraan karyawan dapat membantu meningkatkan retensi karyawan dan mengurangi kemungkinan quiet quitting.

Menyusun Rencana Aksi

Agar strategi mengatasi quiet quitting berhasil, perusahaan perlu menyusun rencana aksi yang konkret. Langkah-langkah yang diambil harus relevan dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Ini termasuk membangun budaya kerja yang inklusif melalui pelatihan dan pengembangan karyawan, menciptakan saluran komunikasi yang efektif, dan mengadopsi kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja-hidup.

Dengan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi quiet quitting, perusahaan dapat memperkuat stabilitas tenaga kerja mereka dan membangun reputasi sebagai tempat kerja yang baik. Ini bukan hanya tentang mempertahankan bakat yang ada, tetapi juga tentang menarik bakat baru di masa depan.

Quiet quitting adalah fenomena yang muncul di kalangan milenial dan Gen Z yang memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Untuk mengatasi quiet quitting, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang holistik dan proaktif. Ini termasuk memahami ekspektasi karyawan, membangun budaya kerja yang inklusif, dan mengadopsi kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja-hidup yang sehat.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan quiet quitting dan memperkuat stabilitas tenaga kerja mereka. Ini bukan hanya tentang mempertahankan bakat yang ada, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagi semua karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun