Pelaku memiliki tujuan spesifik untuk melakukan tindak pidana, misalnya menyuap pejabat untuk memenangkan tender proyek pemerintah.
B. Kesadaran Akan Akibat
Pelaku mungkin tidak secara langsung berniat melakukan kejahatan, tetapi mereka sadar bahwa tindakan mereka akan menimbulkan kerugian bagi negara atau masyarakat.
C. Kelalaian Berat
Pelaku tidak mengambil langkah yang seharusnya untuk mencegah tindakan koruptif, meskipun mereka memiliki tanggung jawab untuk melakukannya.
Pembuktian mens rea sering kali lebih kompleks daripada actus reus, karena melibatkan analisis terhadap motivasi dan niat pelaku. Hal ini memerlukan bukti berupa dokumen, komunikasi elektronik, atau pengakuan saksi yang dapat menunjukkan pola pikir pelaku saat tindakan dilakukan.
Why: Mengapa Konsep ini Penting dalam Kasus Korupsi
Korupsi adalah kejahatan yang kompleks, sering kali melibatkan berbagai pihak dan skema yang sulit dilacak. Dengan memahami actus reus dan mens rea, penegak hukum dapat:
A. Mengidentifikasi Pelaku Utama
Dengan mengurai elemen fisik (actus reus) dan mental (mens rea), penegak hukum dapat memisahkan pelaku utama dari pihak yang hanya menjadi korban manipulasi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hukuman diberikan secara proporsional kepada pelaku yang memiliki peran terbesar dalam tindak pidana.
B. Membedakan Kelalaian dan Kesengajaan