Kegiatan pelatihan ini telah berhasil membangun interaksi yang positif antara mahasiswa dan masyarakat Desa Keniten. Terjalinnya hubungan yang baik membuka peluang untuk kolaborasi lebih lanjut dalam menghadapi isu-isu lingkungan dan pembangunan di tingkat desa.
Dapat dilihat pula pada kuesioner yang disebarkan pada kegiatan ini, bahwa 100% peserta menikmati kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok 409 MMD Universitas Brawijaya dan 100% peserta telah memahami eco enzyme dengan baik. Pasalnya, sebelum kegiatan ini dimulai, sekitar 63% peserta mengaku belum familiar dengan eco enzyme. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil dan tersampaikan dengan baik.Â
Acara "Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme dan Praktik Membuat Sabun dari Eco-Enzyme" ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang berarti dalam mengajak masyarakat desa untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam dan menggunakan produk yang ramah lingkungan. Kelompok mahasiswa MMD Universitas Brawijaya kelompok 409 berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat desa untuk hidup lebih ramah lingkungan.
Selama sampah organik masih bertumpuk dan dibiarkan begitu saja, maka sosialisasi pengolahan sampah ini harus terus digaungkan. Dikarenakan aktivitas manusia yang terus meningkat, maka penumpukan sampah juga akan terus meningkat seiring waktu. Jika tidak ditangani lebih lanjut, kemungkinan terjadinya bencana alam pun dapat menjadi semakin besar. Hal ini juga yang menjadi fokus utama dari program pelatihan pengolahan limbah organik seperti sayur dan buah menjadi eco enzyme. Diharapkan kegiatan yang telah dilakukan dapat lebih menyadarkan masyarakat untuk mengolah sampah dengan baik. Upaya yang telah dilakukan oleh mahasiswa kelompok 409 MMD UB adalah dengan memfokuskan pada manfaat dari eco enzyme yang dapat menghemat pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga. Eco enzyme sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembersih cuci piring, pembersih baju, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi pendorong masyarakat agar lebih antusias dalam mengolah sampah organik dan merasakan banyak manfaat dari hasil pengolahan tersebut.Â
Ditulis oleh: Kelompok 409 MMD-1000D Universitas Brawijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H